7 Ciri Hipotesis Penelitian yang baik



Hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan penelitian, yang harus diuji validitasnya secara empiris. Dengan kata lain, hipotesis tidak dinilai benar ataupun salah, melainkan apakah sahih atau tidak.

Penelitian yang bersifat deskriptif (survey ataupun studi eksploratif) yang tidak mencari hubungan antar variabel tidak memerlukan hipotesis. Contoh penelitian prevalensi hipertensi pada pasien obesitas, atau rerata kadar natrium murid sekolah.

Selain itu yang menentukan perlu atau tidaknya hipotesis, ditentukan oleh pertanyaan penelitian, bila terdapat kata lebih besar, lebih kecil, berhubungan dengan, dibandingkan dengan, menyebabkan dan sejenisnya, maka diperlukan hipotesis.


Hipotesis yang baik, memiliki ciri-ciri:
  1.  Dinyatakan dalam kalimat deklaratif yang jelas dan sederhana, dan tidak bermakna ganda
  2. Mempunyai landasan teori yang kuat. Hipotesis harus berdasarkan teori, pengalaman dan sumber ilmiah lain yang sahih.
  3.  Hipotesis menggambarkan hubungan antara satu variabel independen dengan variabel dependen. Hipotesis juga menggambarkan hubungan antara beberapa variabel independen bebas dengan satu variabel dependen. Dalam satu hipotesis hanya boleh terdapat satu variabel dependen. Hipotesis yang menyebutkan lebih dari satu variabel dependen harus dipecah menjadi dua hipotesis.
  4.  Hipotesis memungkinkan untuk diuji secara empiris.
  5. Rumusan hipotesis harus bersifat khusus dan menggambarkan variabel-variabel yang akan diteliti.
  6. Hipotesis yang dikemukan sebelum penelitian. Sedangkan hipotesis yang dikemukakan setelah melihat data disebut post hoc hypothesis.
  7. Bila pertanyaan penelitian memerlukan banyak hipotesis dan menyulitkan desain penelitan, maka tentukan terlebih dahulu hipotesis utama dan hipotesis lainnya.
Semoga tulisan ini bisa membantu yang lagi skripsi atau tesis.

Daftar Pustaka:
Sastroasmoro S. Dasar-dasar metodologi peneitian klinis. Sagung Seto. Jakarta.2002

0 komentar:

COLLABORATIVE LEARNING SEBAGAI SALAH METODE PEMBELAJARAN STUDENTS CENTERED LEARNING



Callaborative learning merupakan salah metode pembelajaran student centered learning, yang menitikberatkan pada kerjasama antar mahasiswa yang didasarkan pada konsensus yang dibangun sendiri oleh angota kelompok. Masalah/tugas/kasus memang berasal dari dosen dan bersifat open ended, tetapi pembentukkan kelompok yang didasarkan pada minat, prosedur kerja kelompok, penentuan waktu dan tempat diskusi/kerja kelompok, sampai dengan bagaimana hasil diskusi/kerja kelompok ingin dinilai oleh dosen, semuanya ditentukan melalui consensus bersama antar anggota kelompok.

Mahasiswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5-10 orang. Mahasiswa yang berada dalam satu kelompok berasal dari latar belakang berbeda, mulai dari jenis kelamin, sampai pada kemampuan akdemik yang berbeda. Kelompok memiliki tujuan yang sama yaitu menyelesaikan masalah/tugas/kasus atau menghasilkan sebuah karya. Callaborative learning bukan hanya sekedar mahasiswa berkerjasama dalam satu kelompok dalam menyelesaikan tujuan, tetapi callaborative learning menunjukkan adanya ketergantungan yang positif antar anggota kelompok, interaksi tatap muka, penerapan keterampilan untuk bekerjasama, dan upaya beproses dalam kelompok dengan senantiasa mengidentifikasi efektifitas dan efisiensi kelompok. 

Terdapat beberapa manfaat callaborative learning, diantaranya:
     1.       Dibanding belajar secara individual, callaborative learning dapat meningkatkan ketertarikan terhadap apa yang dibahas di antara peserta didik serta memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk secara aktif terlibat dalam diskusi.
     2.       Mahasiswa mampu memaparkan dan mempertahankan ide, pendapat, saling bertukar pendapat, mempertanyakan kerangka konsep orang lain, memikul tanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka, mendorong tercapainya tingkat pemikiran yang lebih tinggi dan retensi ilmu yang lebih lama, sehingga pada akhirnya mereka menjadi pemikir kritis.

Kelompok kecil mahasiswa difasilitasi oleh seorang tutor yang memahami konten, biasanya dilakukan pada semester awal, peralihan dari sekolah menengah ke fakultas. Sebelum mahasiswa mandiri menentukan sasaran pembelajarannya sendiri.

0 komentar:

Team Based Learning



Team based Learning  (TBL) adalah suatu metode belajar dalam kelompok kecil yang menekankan pembelajaran aktif dengan penggunaan sumber daya yang lebih efisien. TBL dilaksanakan pada kelas besar  yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil, dan difasilitasi oleh 1-3 orang dosen pakar.

Fokus pada metode TBL adalah aplikasi pegetahuan atau konsep tertentu pada suatu skenario kasus nyata. Perbedaan TBL dengan beberapa metode lain akan dijelaskan di tulisan selanjutnya. Elemen dasar TBL adalah (Michaelsen&Sweet, 2008):
  1. Groups: kelompok harus dibentuk dan dikelola dengan tepat
  2. Accountability: setiap mahasiswaa harus bertanggung jawab terhadap kualitas pekerjaan kelompok dan individual.
  3.  Assigment design: setiap kelompok mendapatkan tugas yang sama dan mahasiswa harus bekerja sama untuk menentukan penyelesaian tugas tersebut.
  4.  Feedback: mahasiswa harus sering menerima umpan balik (ada akhir setiap fase) dan tepat waktu.

Berikut, merupakan urutan pelaksanaan metode TBL (Michaelsen & Sweet, 2008), yang terdiri dari 3 fase, yaitu:
  • Fase 1: Advance preparation: Kegiatan pada fase ini merupakan belajar mandiri (individual), sebagai persiapan untuk fase 2. Sebelumnya dosen pakar telah memberikan sumber bacaan kepada mahasiswa. 
  •  Fase 2: Readinees Assurance (45-75 menit): Pada fase ini terdiri dari beberapa tahap. Sebelum pembagian grup, mahasiswa mengerjakan tes secara individu, tahap ini disebut  individual readiness assurance test (IRAT).  Setelah tahap ini selesai dan hasil tes individu dikumpulkan, kemudian dilakukan pembagian kelompok. Setelah mahasiswa berada di kelompoknya, maka diberika tes kembali, yang soalnya sama dengan tes individu (IRAT). Tahap kedua ini disebut dengan Group readiness assurance test (GRAT). Setelah selesai menjawab tes kelompok,maka tahap terakhir dari fase kedua yaitu klarifikasi dosen pakar. Pada tahap ini, mahasiswa di setiap kelompok menampilkan jawaban untuk setiap soal, dan jika ada jawaban yang berbeda dengn kelompok lain maka dilakukan diskusi dan klarifikasi. 
  • Fase 3: Application activity (1-4 jam) 
          Fase ke 3 ini terdiri dari beberapa aktivitas, yaitu:
a. Application activity: pada tahap ini mahasiswa diberikan soal/ kasus yang menuntut mahasiswa mengaplikasikan pengetahuannya pada fase 2.
b.   Intra-team discussion: diskusi membahas dan menjawab soal/kasus dalam kelompok masing-masing.
c.     Inter-team discussion: setiap kelompok menampilkan jawaban untuk setiap soal/kasus dan jika ada perbedaan jawaban, maka akan terjadi diskusi antar kelompok. Setiap kelompok harus dapat memberikan justifikasi pemilihan jawaban, bahkan setiap kelompok didorong untuk dapat mempengaruhi kelompok lain, jika ada jawaban yang berbeda.
d.     Dosen pakar akan memberikan kesimpulan dan klarifikasi dari semua soal/kasus.

Team based Learning merupakan solusi dan strategi pengganti kuliah satu arah pada kelas besar. Pada kuliah, hanya dosen yang aktif atau dikenal dengan teacher centered learning. Selain itu TBL juga dapat dilaksanakan bila di suatu institusi keterbatasan sumber daya manusia, tetapi ingin melaksakan metode pembelajaran yang student centered.

Semoga Bermanfaat.

Daftar Pustaka:
  1. Haidet P, Fecile ML. Team-based learning: a promising strategy to foster active learning in cancer education. Journal of Cancer Education 21:125-128. 2006
  2.  Parmelee DX, Michaelsen LK. Twelve tips for doing effective Team-Based learning (TBL). Med teach 32:118-122.2010

0 komentar: