Sebuah kata yang diucapkan oleh seorang guru kepada saya. Ada desiran malu dan haru saat Guru saya yang membimbing saya, mengajarkan saya yang terlebih dahulu menyampaikan bahwa beliau mencintai saya karena Allah. Semoga kita saling mencari ketika tida bertemu di SurgaNya kelak.
Syukur Hari Ini
Saat hidup merasa berjalan auto, tanpa dimaknai dengan khusuk, berjalan sebagaimana biasanya, tidak terusik dari zona nyaman, kadang membuat kita lupa untuk bersyukur. Sebenarnya ini buat saya sih. Buat pengingat, apakah sudah bersyukur hari ini. Apakah setiap komponen hidup sudah dimaknai, atau hanya mementingkan dunia saja. Sibuk dengan membanding-bandingkan diri denganorang lain. Sosmed jadinya menambah iri di hari bukannya menambah rasa syukur.
Pe er juga sebenarnya ya buat bisa merasa cukup setiap harinya. tapi perlu dicoba dan dilatih. Kalau sosmed bikin diri tidak bersyukur, ya hapus saja. Kalau konten dari orang yang diikuti membuat diri tidak bersyukur ya unfollow saja. Mencoba menyederhanakan hidup.
Hari ini yang patut disyukuri, bangun pagi, berkabar dengan orang tua dan keluarga dan semuanya dalam keadaan sehat walfiat. Menghirup udara pagi, masih bisa ngopi, trus ngampus, ya dengan sedikit kemacetan tapi Alhamdulillah lancar. Bisa menahan emosi, tidak cepat meledak dengan suatu triger, seperti tidak dihargai, tidak dianggap penting saat masuk ruangan tersebut. Ya tidak apa-apa, berusaha bersihkan hati. Sesibuk apapun nantinya, jangan pernah memperlakukan orang lain seperti itu, sebagaimana saya tidak suka dan tidak nyaman diperlakukan seperti itu. Kita tidak akan dihisab karena perlakuan orang lain kepada kita, tapi kita dihisab atas pilihan sikap dan perlakuan kita.
Alhamdulillah
Kebab di Sore Hari
Pulang praktik tiba-tiba pengen cemilan, kemaren beli gorengan ga abis. Mikir, apa lagi ya, yang enak, lewat jalur pulang, ga perlu meter2 mobil, sore biasanya agak macet karena jamnya pulang kerja. Teringat ada yang jual kebab di depan sebuah swalayan. Mampirlah di sana, pesannya cuma satu, karena memang mau langsung makan di sana. Harganya 18.000, pada saat membayar, lihat isi dompet ada uang pecahan 20.000, langsung ngasih ke abangnya, ga susah lah cari kembaliannya, toh kembaliannya 2.000. Tapi saat si abangnya buka laci uang, ternyata ga ada kembaliannya, ga tau juga apakah saya pelanggan pertamanya atau gimana, karena di laci tersebut hanya ada satu lembar 10.000. Akhirnya si abangnya pamit cari uang kembaliannya. Nunggu sebentar, abangnya menyerahkan kembalian 2000, sambil bawa satu botol air mineral. Mungkin ga enak cuma nukerin duitnya, jadi sekalian belanja.
Sepenggal kisah yang dialami sore ini, mejadi renungan untuk lebih bersyukur. Kadang kita merasa hidup baik-baik saja tanpa ingat muhasabah, ingat bahwa ada yang mengatur kehidupan ini. Saya biasanya ga beli kebab di sana, ada satu kebab yang memang saya sangat suka, selalu beli di sana. tetiba saya sore itu memutuskan untuk membeli kebab di tempat yang baru, yang saya tau rasanya enak, tapi saosnya bukan favorit saya. Apakah abangnya banyak berzikir dan berdoa kepada Allah atas rizkinya, sehingga langkah-langkah pelanggan ataupun calin pelanggan ke arah jualannya. Semoga jualannya berkah.
Satu pelajaran yang saya petik juga, kalau seandainya saya bertindak cepat untuk mencari uang pecahan kecil, mungkin si abangnya tidak perlu membeli air mineral yang belum tentu jadi jajanan prioritasnya setelah baru buka jualannya. Semoga kita selalu menjadi orang yang bersyukur.
0 komentar: