Dampak Corona bukan hanya di Ojol

Pernah liat gambar fenomena gunung es dampak corona:

Pic from google
Ya efek yang muncul ke permukaan mengenai ojol (ojek online). Apakah hanya ojol? Ternyata banyak lagi yang terkena dampaknya. Dulu, waktu zaman kuliah, fenomena gunung es ini biasanya untuk HIV/AIDS, yang muncul ke permukaan sedikit, yang muncul gejalanya (gejala muncul setelah terinfeksi 10-15 tahun), sedangkan yang sudah melakukan perbuatan berisiko dan belum memiliki gejala diyakini banyak. Apalagi penyakit menular seksual, pasien  kadang malu dengan keluhannya.

Tapi saat ini, dengan penyebaran nCov yang eksponensial dan kemampuan sumber daya manusia dan sumber daya alat yang belum memadai, Covid-19 juga menunjukkan fenomena gunung es. Kasus terkonfirmasi saat ini sudah ribuan, bila ditelusuri kontaknya maka bisa jadi kasus positifnya berkali-kali lipat. 

Membahas mengenai dampaknya, satu minggu yang lalu, seorang sejawat spesialis kulit menanyakan apakah ada lowongan perawat di klinik? Kaget, apalagi setelah mendapatkan penjelasaan, bahwa perawat asistennya di suatu Rumah sakit swasta "dirumahkan", alasannya karena di poli pasien tidak ramai. Mungkin ada kebijakan lain dari manajemen rumah sakit tersebut, akan tetapi perawat tersebut termasuk yang terkena dampak dari wabah ini.

Apakah profesi lainnya juga terdampak. Jawabannya tentu saja ya. Hampir 3 bulan kasus Covid-19 di Indonesia muncul, yang awalnya outbreak menjadi pandemi. Yang awalnya masih boleh bebas berkeliaran saat ini dibatasi. Tujuannya jelas untuk membatasi kontak. Yang sebelumnya istilahnya #socialdistancing menjadi #physichaldistancing. Semuanya melakukan kebijakan dan perbahan dengan cepat. 

Masih ingat waktu beli masker bulan Januari, masih Rp 35.000/box, pertengahan Februari Rp150.000/box, kemuadian kita masih dapat membeli masker bedah dengan harga Rp 300.000/box. Sekarang April, kami ga dapat masker, hanya berhemat yang ada, kalaupun ada yang jualan, masker bedahnya diragukan. Beberapa teman kena tipu sama penjual masker. Masker barang mewah bagi kita saat ini.

Harapan kami tenaga medis tentunya semua masyarakat menyadari ini perang kita bersama. Tenaga medis itu garda terdepan bila sudah sakit. Saat sehat sekarang kita adalah garda terdepan, pahlawan ekonomi bagi keluarga kita masing-masing. Jadi saling bahu-membahu untuk memutuskan mata rantai penyebaran ini. Salah satu caranya adalah gunakan masker, masker kain dengan pemakaian yang benar. Kenapa pemakaian yang benar? Pasien saya datang kadang masih tidak gunakan masker, setelah saya bilang saya tidak akan melayani bila tidak gunakan masker, pasien menjemput maskernya dari mobil atau motornya. Ya Allah, memakai masker sekarang udah sama kayak aturan menggunakan helm. Ada polisi pakai helm, ga ada bebas. Mungkin mereka pikir aspal saat ga ada polisi jadi lunak apa.

Dua hari yang lalu, saya ke pasar tradisional. Di pasar, masih banyak tidak menggunakan masker, kalaupun ada masker, maskernya ga dipake tapi digantung di leher. Ya sama dengan analogi helm tadi, kalau ga ada petugas pasar, satpol PP, polisi, ya maskernya ga dipake, kalau ada dipakai kembali. Semoga makin banyak masyarakat sadar dan patuh dengan anjuran ini. Anjuran ini untuk kepentingan pribadi.

Melarang pedagang berjualan ga mungkin, mereka pekerja harian, yang mengharapkan penghasilan dari berjualan harian. Tetapi, dengan ikut tindakan pencegahan dengan menggunakan masker dan mencuci tangan, semoga penyebaran yang ekponensial ini dapat melandai kurvanya.

Seorang pasien saya, seorang clining service di bandara, ibu tunggal, berkerja untuk menghidupi dua orang anaknya. Saat ini dikurangi hari kerjanya, beliau khawatir bila penghasilannya berkurang juga., tetapi beliau masih bersyukur karena tidak "dirumahkan".

Pasien saya yang lain, saat saya memberikan edukasi #dirumahaja karena dikhawatirkan transmisi lokal, karena beberapa daerah di Sumatera Barat sudah berada di red zone, si ibu bertanya apakah ada tindakan lain, karena beliau penjual sayuran. Bila #dirumahaja tentu tidak ada penghasilan. Dilema. Beberapa kasus di daerah kami penyebarannya di pasar. Saya hanya bisa menyarankan selalu gunakan masker, jangan dilepas saat di luar ruangan. Ganti masker per 4 jam, masker kain tidak mahal harganya, Rp 5.000/buah, selalu mencuci tangan, jangan memengang wajah dan sesampainya di rumah langsung mandi.

Masih banyak yang terkena dampaknya. Awal dari kasus ini mungkin kita semua masih denial, kemudian marah, dan akhirnya menerima, bahwa ini bukan hanya masalah satu pihak tetapi semua pihak. Semua bisa mengambil perannya masing-masing. Seperti yang saya sebutkan tadi, kita semua garda terdepan, minimal buat keluarga kita. Di fase penerimaan ini, yuk saling bantu, apa yang bisa kita lakukan, apalagi bulan Ramadhan, pahala dilipatgandakan, kesempatan kita semua ini. Peran yang paling mudah saja tetap #dirumahaja, #gunakanmasker dan disiplin diri bila ada riwayat perjalanan lakukan isolasi mandiri.




0 komentar:

Bukan Review Drama Korea: Itaewon Class

Benar ini bukan review drama Itaewon Class. Hanya ingi bercerita mengapa saya yang insaf ga mau nonton Korea lagi (karena kalau drama, makan waktu) akhirnya nonton drama ini. Awalnya nonton di Youtube mengenai finansial di ZAPFinance TV di https://www.youtube.com/watch?v=wyfp6TLugMI, kemudian cek, beneran ini mengenai masalah finansial atau investasi atau semacamnyalah.
Salah satu scene di Drakor Itaewon Class

Akan tetapi saya bukan akan membahas mengenai finansial juga, karena belum cukup ilmu juga untuk menuliskannya. Yang menjadi perhatian bagi saya, pada episode pertama, bagaimana seorang ayah rela merendahkan dirinya demi seorang anak tetap memegang prinsipnya. Seorang ayah yang menyayangi anaknya, tetapi bukan menghalalkan segala cara bahkan mengacaukan kepribadian dan prinsip yang telah ditanamkan dari kecil. rela dipecat, dan rela anaknya dikeluarkan dari sekolah, demi anaknya memiliki harga diri.

Berbanding terbalik dengan sosok ayah satu lagi. Ayah yang menyayangi anaknya, akan tetapi tidak mengontrol perilaku anaknya dan membenarkan semua perbuatannya, bahkan menutupi kesalahannya. Mungkin tujuannya karena sayang, akan tetapi hal tersebut membuat anak tidak mampu untuk menimbulkan empati dan simpati. 

Scene ini sangat menggelitik saya untuk menuliskan di blog, karena dalam keadaan wabah saat ini, kita terpisah dari orang tua. Ada yang bertahan di kos, karena takut pulang kampung dan menulari orang tuanya. Akan tetapi ada juga yang pulang karena diminta orangtuanya, karena orangtuanya kasihan melihat anaknya sendirian, rawan kelaparan kalau ga ada orang jualan. Agak ekstrim memang membandingkan drama tersebut dengan sikap kita sekarang, tapi hal itulah yang terjadi saat ini. Sahabat saya membatalkan pulang kampung/mudik karena khawatir akan tertular dan menulari orangtuanya. Ya pilihan sikap seperti inipun tentu ada dasarnya. Bila pulang kampung, misalnya mahasiswa yang ngekos, ya harus disiplin dengan isoloasi mandiri.

Ya, walaupun saat ini kita bertahan dengan #dirumahaja, kita masih berkesempatan untuk menghubungi orang tua melalui telepon atau video call.

0 komentar:

Mengelola Informasi mengenai Corona

Sebenarnya udah banyak disaranin sama teman-teman, kenapa tidak menulis mengenai berita yang lagi update saat ini. Bahkan kalau masih boleh ngumpul di warung kopi, sudah dapat dipastikan obrolannya tentang ini. Topik apa itu? Topik mengenai corona.

Banyak juga yang komplain, karena saya seorang dokter, seharusnya nulisnya lebih banyak mengenai edukasi mengenai berita yang lagi hit saat ini. Saya pun merasakan hal seperti itu, akan tetap saya seperti denial, ada kekhawatiran, apakah informasi yang saya sampaikan akan membawa dampak positif atau malah menambah kecemasan.

Terus terang, saat berita corona, korbannya, penyebarannya, saya pung mengalami kecemasan, apakah saya tertular?karena masih berkontak dengan pasien. Malah makin hari angkanya makin meningkat.
Pic from Canva
Cemas atau stres dalam keadaan saat ini dinilai masih wajar, apabila kita bisa mengatasinya. Tentu dengan berbagai cara, jangan sampai kita memelihara rasa cemas dan stres sehingga makin hari makin berat masalahnya. Saya pribadi berusaha membatasi informasi mengenai Covid-19 pada awalnya, kemudian saya harus berdamai, karena saya perlu update penanganan dan ikut berperan memutus rantai penyebarannya. Jadi saya menjadikan menulis sebagai media saya melepas stres. Selain itu saya juga meminta bantuan dr.Mutiara, Sp.KJ untuk memberikan masukan mengenai yang paling banyak diresahkan masyarakat. Tulisannya bisa  dibaca dimenjaga-kesehatan-jiwa-saat-wabah-corona.

World Health Organization (WHO) mebemrikan tips melalui kampanye, agar kita semua dapat berperan sesuai dengan porsi kita masing-masing. Berikut kampanye dari WHO:

1. Batasi informasi
Pic from Canva
Informasi banyak banget kan, mulai dari info resmi, ataupun dari whatsapp grup. Belum selesai satu informasi dicerna, informasi lainnya muncul. Saya pribadi paham, mengapa begitu masifnya semua orang berbagi informasi, tujuannya agar tidak ketingggalan informasi. Akan tetapi perlu juga kita sadari bahwa informasi itu perlu dibaca baik-baik, dicerna dan dicari kebenaran setelah itu baru disebar. Agar tidak ada hoax diantara kita. Handphone milik kita, jaringan internet milik kita, sehingga kontrol yang mau kita baca dan kita bagi ada di tangan kita, so bila sudah menganggu sebaiknya batasi. misalnya 1 jam per hari.

2. Perhatikan Kesehatan Tubuh

Selain memperhatikan kesehatan mental dan jiwa, berikutnya perhatikan juga kesehatan jasmani. Jangan karena work from home (WFH), menjadi kaum rebahan trus isinya makan tidur makan tidur saja. Jangan lupakan hak tubuh untuk berolahraga. Jangan mikirin yang berat-berat ya olahraganya, sesuatu yang sederhana misalnya buka youtube putar zumba trus ikutan, sudah terhitung olahraga. dijadwalkan saja misalnya 15 menit atau 30 menit.

3. Melakukan hal-hal yang menyenangkan
Pic from canva
Selama bekerja, mungkin beberapa hobi jadi terlewatkan, atau hanya bisa dikerjakan saat weekend. Nah sekarang saatnya, mulai mengeksplorasi lagi hobi atau kesenangan lainnya. Beberapa waktu lagi in mengenai masak-masakan, semua orang berlomba memposting hasil masakannya di sosial media. Yang belakangan in adalah dalgona coffee, efeknya di supermarket sulut menemukan kopi yang in tersebut sama susu UHT cair fullcream, habis.

Yang suka bercocok tanam bisa juga menyalurkan hobinya. Bisa dimulai nonton youtube dulu (heheh, ini saya banget), melihat yang hijau-hijau, rasanya seger. Apalagi ada vlog yang manen kebun sendiri kemudian dimasak, Wow banget ngeliatnya, mandiri untuk pangannya. Untuk memulainya perlu tekad yang kuat guys. Jangan mikirin biaya pot dulu ya, mulai saja dengan plastik minyak goreng yang bisa dijadikan pot. trsu mulai tanam yang gampang-gampang. Selamat mencoba guys. Saya pun lagi mencoba menanam daun bawang, tapi gagal karena terlalu rajin nyiramnya, jadinya batangnya busuk. Ini lagi coba lagi, pengalamanan mengajari kita cara terbaik.

5. Curhat
Pic from Canva
Curhat itu penting lho, curhat itu sebagai media ventilasi. Jadi jangan ditimbun sendiri guys, perlu kita menceritakan keadaan kita, perasaan kita dengan orang yang bisa kita percaya, orang tua atau saudara misalnya. Apabila belum bisa ceritakan pada Tuhan.  Jangan langsung ke media sosial, bukan solusi yang didapatkan, tapi mungkin malah namabah masalah.

Curhat ke diari juga bisa lho. Kalau menurut saya ga ada jadulnya kok menulis diari, menulis kan sebagai terapi juga, bila hati galau dan ga tau mau curhat ke siapa, nulis aja.

6. Mulai berperan yuuk

Pic from Canva
Yuk kita  mulai berperan, kita lah garda terdepan sesungguhnya, Kita buat #dirumahaja menjadi efek yang luas dan bermanfaat. Bisa dengan memberikan bantuan atau menyebarkan informasi yang positif. Apapun, yukk maksimalkan peran kita.

Semoga bermanfaat




0 komentar:

Mengapa Pemakaman Jenazah Pasien Corona Ditolak Warga?




Tentunya berita seperti ini sudah pernah kita baca baik di portal berita online, ataupun berita di televisi. Apakah ini salahnya masyarakat? Mengapa mereka bisa menolak? apakah pertimbangan mereka?

Bila sebagai anggota keluarga, pastinya sedih ya. Mendapatkan ujian seperti ini, selain ada keinginan untuk menyelenggarakan jenazah sebagai bentuk penghormatan terakhir, tetapi semuanya harus diserahkan pada petugas kamar jenazah. Tantangan lain, ditolak oleh warga untuk dimakamkan di pemakaman umum, dengan alasan takut tertular. 

Dari yang disampaikan dr. Mohammad Tegar Indrayana, Sp.F, seorang ahli Forensik dari Fakultas Kedokteran Universitas Riau, pada live instagram yang diselenggarakan BEMFKUNRI, ada beberapa poin yang perlu diberikan pemahaman pada masyarakat sehingga isue yang berkembang bukanlah hal yang negatif.

Ada isue juga beredar bahwa keluarga jenazah positif Covif-19 tidak boleh melihat? Keluarga diperbolehkan melihat di ruang isolasi, syaratnya mayatnya belum dimasukkan ke kantong jenazah. Bila sudah dimasukkan tidak boleh dibuka. Keluarga korban harus menggunakan APD lengkap. Keluarga korban tidak boleh menyentuh jenazah.

Setelah dari ruang isolasi, jenazah akan diselenggarakan  di ruang mayat dengan prosedur Covid-19. 
Berdasarkan kesepakatan ahli Forensik, virus Corona masih bertahan di tubuh jenazah 9 jam setelah kematian, karena itulah penyelenggaraan jenazah dilakukan oleh petugas kamar mayat dengan protokol dan menggunakan APD (Alat Perlindungan Diri) lengkap. Penyelenggaraan jenazah, seperti memandikan, mengkafani dan menyolatkan bisa dilakukan oleh petugas, sehingga kewajiban sesama muslim dapat dilaksanakan. 

Pada saat memandikan pun, petugas kamar mayat, tidak boleh melakukan banyak manipulasi, karena dikhawatirkan keluar cairan dari tubuh jenazah. Pengkafanan dilakukan setelah didesinfeksi kemudian jenazah di"wrapping" dengan plastik yang kedap udara dan air, setelah itu dimasukkan ke dalam peti.

Bagaimana bila keluarga ingin di"embalming" atau diawetkan dengan memasukkan cairan formalin, apakah boleh? karena proses embalming terjadi manipulasi pada jenazah, karena menyuntikkan formalin melalui pembuluh darah, sehingga hal ini tidak disarankan. Penyelenggaraan jenazah harus mengikuti prosedur covid 19.

Warga menolak pemakaman jenazah covid, mengapa?
Masyarakat khawatir lingkungan tercemar. Akan tetapi, perlu kita ingat kembali bahwa syarat pemakaman umum berjarak 500 m dari perumahan dan  50 m dari sumber air serta 1,5 meter dari permukaan tanah. Sehingga kekhawatiran masyarakat tidak perlu, apabila telah mengikuti prosedur yang tepat, baik saat penyelenggaraan jenazah di rumah sakit, dari rumah sakit ke tempat pemakaman. Artinya semua tindakan ketat tersebut bertujuan untuk melokalisis virusnya, sehingga tidak berkontak dengan orang banyak. Bila berkontak, memakai APD lengkap

Apakah jenazah tetap bisa terurai, karena menggunakan peti, kemudian plastik, dan kain kafan. Jawaban bisa, hal ini dikarenakan pembusukan bukan hanya dari tanah, akan tetapi juga berasal dari bakteri yang terdapat di tubuh mayat tersebut.

Penyelenggraan jenazah yang mungkin dinilai oleh masyarakat terlalu ketat dan rumit, hal ini dikarenakavirus corona atau sar-cov 2 ini merupakan virus baru atau ada yang memberikan nama novel yang artinya pembaruan, sifat virus ini belum diketahui semuanya. Oleh karena itu penanganan jenazah perlu tingkat proventif tertinggi.

Semoga, tidak ada lagi kasus penolakan jenazah dimakamkan. Bila syarat-syarat sudah terpenuhi untuk sebuah pemakaman umum, dan protokol penatalaksanaan  jenazah telah dilakukan. Percayalah semua orang takut tertular oleh virus ini, oleh karena itu kita percayakan pada tim medis, petugas kamar jenazah untuk melakukannya. 

Harapan kita bersama tentunya, keadaann semakin membaik, kita mainkan peran kita sebagai anggota masyarakat. Apa yang bisa kita lakukan dan bantu, mari kita bantu. Penyebaran informasi yang benar pun menjadi tanggung jawab kita bersama di era digital saat ini.
Bahu membahu mennyelesaikan pandemi

Kesadaran kita ini merupakan maslaah bersama

#BPNRamadhan2020

23 komentar:

Menjaga Kesehatan Jiwa Saat Wabah Corona




Virus Corona menjadi pembahasan utama di awal tahun 2020. Dimulai dari Wuhan, virus corona jadi mendunia. Peta Indonesia pun hampir merah semuanya per tanggal 3 April 2020, yang artinya setiap provinsi sudah ada yang menderita COVID-19 (Corona Virus Disease). Penelitian baik case report atau penelitian mengenai pengobatan, cara penularannya telah dipublikasikan di berbagai jurnal nasional maupun internasional.

Dengan arus informasi yang cepat yang bisa diakses siapapun, Corona menjadi pembicaraan umum, begitu juga bahaya yang ditimbulkannya. Mendadak semua pasien dengan gejala batuk, merasa sudah terinfeksi virus Corona. Nah untuk menjaga kesehatan jiwa dalam wabah corona, saya mewawancarai seorang dokter spesialis jiwa, mengenai kesehatan jiwa dan corona, dr. Mutiara Anissa, Sp.KJ.

dr. Mutiara Anissa, Sp.KJ menjelaskan mengenai arus informasi yang cepat yang dapat diakses oleh siapa saja, sehingga muncul berbagai persepsi dan kesimpulan. Perlu menyaring informasi, pastikan informasi yang didapat adalah dari sumber terpercaya, apalagi bila berkeinginan untuk menyebarkan ke grup whatapp lainnya.

 Kemudian batasi berita yang masuk, maksudnya tidak semua informasi yang kita dapatkan di hari tersebut hanya mengenai Corona, karena akan memicu hipotalamus kita untuk bereaksi menganggap itu bahaya sehingga muncul keringat dingin, dada berdebar-debar dan muncul kecemasan. Selanjutnya, jangan berhenti untuk melakukan kegiatan menyenangkan lainnya, dan bila  ada hal yang menggangu pikiran, sebaiknya diceritakan agar tidak menambah kecemasan.




Dokter Mutiara berpesan agar membedakan secara jelas dengan penyakit psikosomatis. Untuk gejala Covid-19 yang utama adalah demam, batuk, dan flu serta yang paling penting adalah adanya riwayat kontak dengan pasien yang terkonfirmasi.  Bila muncul gejala akan tetapi hilang timbul dan tidak menetap, hal ini disebut dengan psikosomatis. Psikosomatis ini lebih dominan cemas dan ada stresornya, misalnya saat membaca atau mendengarkan mengenai virus Corona atau COvid-19, muncul gejala-gejala seperti sakit kepala, dada berdebar atau sesak, lalu bila tidak mendengar berita tersebut gejalanya menghilang.


Covid-19 ini merupakan penyakit menular, akan tetapi jangan dijadikan aib. Bila ada petugas surveilan mendata, kemudian dilabeli, bahwa si A statusnya ODP, B statusnya PDP. Tujuannya bukan untuk menjadikan si A atau si B adalah orang yang bersalah. Penyakit ini bukanlah penyakit menular seksual yang merupakan aib bagi pelakunya. Yang namanya penyakit menular, kita tidak tahu apakah kita tertular atau menulari. Oleh karen itu, perlu menelusuri riwayat kontak, sehingga dikenallah istilah-isltilah seperti ODP dan PDP. Agar bila terjadi kasus positif, penelusuran kontaknya lebih cepat dan pemutusan mata rantai penyebaran virus ini dapat kita lakukan.

Perlu kita sikapi masalah ini dengan memberikan pengetahuan kepada masyarakat, miris rasanya mendengar berita misalnya seorang perawat diusir dari kosannya setelah merawat pasien Covid-19, atau seorang jenazah perawat yang ditolak dimakamkan. Masyarakat bereaksi seperti ini karena informasi yang sampai pada mereka banyak yang tidak tepat. Informasi yang sampai kebanyakan meresahkan. Perlu juga diberitakan misalnya seorang ODP, bagaimana dia sebagai ODP, apa yang dilakukan saat mengisolasi diir di rumah. Untuk PDP, yang di ruang isolasi rumah sakit, juga beritakan bagaimana keadaan isolasi, bagaimana perkembangan dan bagaimana ia bertahan. Sehingga masyarakat mendapat berita yang menyenangkan mengenai suatu perjuangan.

Bila ada informasi yang belum pasti atau menyudutkan ODP dan PDP, sebaiknya disaring informasinya. Apabila di sosial media kita terdapat ODP, PDP, ataupun yang positif Covid-19, jangan di remove dari grup ya. Tapi berhati-hatilah sharing informasi, jadilah support system yang dapat mempercepat penyembuhan, dan menemani hari-hari mereka yang terisolasi. Support system luar biasa perlunya saat seseorang merasa down.

Akses informasi yang mudah dan tuntutan yang transparan, akan seperti dua sisi mata uang untuk kesehatan jiwa kita, bagian positif dan negatif.  berita kematian tentu membuat siapapun yang membaca sedih, berita kesembuhan akan memeberikan semangat yang jauh lebih hebat lagi bagi yang membacanya. Nah, bila ada berita mengenai jumlah kasus terupdate, berikanlah kendali diri yang baik. Misalnya meningkatnya kasus dari hari per hari, respon diri yang positif adalah "saya harus  memperhatikan kebersihan tangan, saya dan keluarga akan memperhatikan physiscal distancing, keluar rumah sepertlunya dan menggunakan masker bila berpergian." 

Tips agar kesehatan jiwa dapat terjaga baik yaitu: Bila cemas, cemas seperlunya. Cemas merupakan keadaan normal. Jadi batasi informasi yang penting kemudian tetap lakukan aktivitas fisik seperti olahraga atau kegiatan positif lainnya seperti bercocok tanam, ataupun memasak.

Harapan kita semua tentunya, pandemi ini segera berakhir. Bagaimana kita mensyukuri setiap langkah kita karena di saat kita diminta di rumah saja, betapa berharganya keluar bersama teman-teman. tetap positif ya teman-teman, semoga yang disampaikan dr.Mutiara Anissa, Sp.KJ, dapat kita ambil manfaatnya.

#dirumahAja #stopstigmanegatif #ODPPDPbukanaib #ayoberaktivitaspositif

13 komentar:

Penting! Untuk Dosen atau Guru yang Akan Melakukan Ujian Daring


Salah satu platform yang dapat digunakan pada masa pandemic saat ini adalah google form. Gogle form cukup mudah digunakan. Sering digunkaan untuk survey ataupun kuis. Nah untuk masa pandemic saat ini, dan semua proses pembelajaran dan pengajaran melalui daring, begitu juda dengan ujian. Ujian mengunakan daring tentu ada plus minusnya, paling tidak sebagai seorang pendidik dan pengajar, kita telah memberikan sumber pembelajaran yang cukup buat mahasiswa.

Sebelum memulai untuk input soal, tentunya harus buka google form dulu, tinggal ketik di search engine seperti chrome, kemudian akan muncul tampilan seperti ini:


Tampilan Google Form
Untuk memulai, tinggal pilih tanda plus, kemudian kita bisa isikan judul form nya mengenai apa.

Contoh Judul Form: Kuis Coba-coba
Berikutnya tinggal tambahkan soalnya, untuk kuis kita bisa menandakan langsung jawababn benarnya. Dan untuk membuat soal kedua kita tinggal pilih tanda “+” yang berada di sebelah kanan.
Tambahkan soal sesuai dengan blueprint yang telah ditetapkan

Tambahkan pertanyaan kedua beserta jawabbnya, jangan lupa beri poin di setiap pertanyaan. Misalnya total nilai 100, bila jumlah soal 5, maka poin disetiap soal adalah 20 poin.

Untuk setelannya dapat dipilih umum, presentasi dan kuis. Bila ditujukan untuk ujian, maka tandai sebagai kuis. Agar jumlah mahasiswa yang ujian sesuai dengan jumlah mahasiswa yang ada, maka perlu dicentang “Batasi ke 1 tanggapan”. Untuk yang menggunakan email institusi, maka dapat juga dibatasi hanya untuk email institusi.

Setelan untuk mengatur pilihan dan tujuan digunakannya goggle form
Setiap ujian dapat dibatasi waktunya, dengan menambahkan pengaturan waktu. Titik tiga sebelah kanan tab “kirim”, di klik, maka ada pilihan add-ons. Pilih Formlimiter, kemudian instal

Pilih Add-ons
Berikut ini tampilan formlimiter yang telah berhasil diinstal.  Kita bisa setel tanggal ujian dan kapan dikumpulkan jawabannya.
Tampilan google form yang telah menginstal formlimiter

Bila ujiannya telah selesai, maka hasilnya dapat dilihat di “response”. Hasilnya bisa dimport ke excel, jadi akan kelihatan nama mahasiswa, jawaban dan jumlah skor.
Tampilan hasil

Nah cara di atas dapat digunakan untuk ujian daring. Semoga bermanfaat.



0 komentar:

Tetap produktif saat Wabah Corona


Awal-awal mulai bekerja di rumah pasti semuanya butuh adaptasi. Sebagai seorang dosen, semua kerjaan dilakukan dari rumah, mulai dari menyusun metode perkuliahan daring yang tepat, melakukan simulasi ke sejawat dosen dan mahasiswa, serta bekoordinasi dengan tim daring. Semuanya dari rumah.

Sebagai seorang dokter, tetap harus praktik sore di klinik. Amanah sebagai dokter dan sesuai dengan sumpah dokter bahwa wajib membaktikan hidup demi kepentingan kemanusian, sehingga pelayanan kesehatan tetap harus buka sekaligus memberikan edukasi pada pasien yang berobat bahwa keadaan saat ini perlu hati hati. Saya dan teman-teman di klinik memberikan edukasi berupa penyuluhan pada masyarakat mengenai Covid-19, kuman penyebab, penyebaran dan pencegahannya.

Dokpri. Penyuluhan Covid-19

Seiring berjalannya waktu, ternyata tantangan yang kita hadapi menjalani wabah ini meningkat. Angka kematian cukup tinggi. Case Fatality Rate (CFR) di Indonesia hampir mendekati 10%. Hal ini bisa saja disebabkan kita belum menemukan kasus positif, sehingga bila dihitung CFR nya, angka kematian dibandingkan kasus positif menjadi tinggi. Smoga ini mendapatkan jalan keluarnya.

Dengan meningkatnya kasus, dan belum ditemukan cara yang efektif untuk mencegah penyebarannnya (berhubungan dengan kepatuhan kita juga sebagai masyarakat), maka saat ini dicanangkan untuk memakai masker kemanapun, dengan ketentuan, masker bedah untuk tenaga medis dan orang sakit, sedangkan untuk masyarakat yang tanpa penyakit memakai masker kain. (Tau sendiri kan, harga masker bedah ga masuk akal).

Peningkatan pola hidup bersih dan sehat yang memang sedari dulu dicanangkan, digalakkan kembali, Terutama mencuci tangan dan menjaga kebersihan setelah bepergian. Dulu sebelum adanya wabah ini, setelah pulang dari klinik saya masih berani mampir beli cemilan atau duduk sebentar sebelum mandi atau ganti baju setelah sampai rumah. Saat ini, dari klinik langsung ke rumah, masuk lewat pintu belakang, desinfektan barang-barang yang dibawa dari klinik seperti sepatu, jam tangan dan handphone. Kemudian langsung mandi, dan merendam pakaian dengan detergen. Mandi yang dulunya keramas sekali dua hari, saat ini setiap hari. Kebayang kan kalo keramas setiap hari bakalan kering rambutnya dan gampang rontok.

Apalagi saat di klinik, kami harus memakai APD (Alat Perlindungan Diri), Kebayang kan panasnya, walaupun ruangan ber-AC, tetap aja keringat menguncur deras. Nah, untungnya ada Emeron hair Care, ga perlu lagi khawatir dengan rambut kering. Apalagi bagi saya yang memakai hijab, Emeron hair care hair fall control cocok untuk dipakai setiap hari.
Dokpri. Emeron Hair Fall Control
Pas banget ada kompetisi blog yang diadakan Emeron Hair Care. Saya dapat beritanya dari teman komunitas blogger, kemudian  langsung cek web http://emeronhaircare.com/, ternyata pas banget ini jadi ajang buat curhat, lancar banget nulisnya, karena memang sudah jadi rutinitas make Emeron Hair Care.









11 komentar:

Menyingkat Url yang Panjang dengan Bitly


Di era digitalisasi saat ini, berbagi urusannya dilakukan secara online. Mau  bikin passport daftar online, mau berobat daftar online, dan mau sensus penduduk dilakukan secara online. Bahkan di kantor-kantor sekarang sudah ada yang menggunakan e-office, dasarnya online juga.

Sebagai seorang dokter, kami melakukan rereegistrasi di webnya IDI juga online, bukti SKP dilaporkan secara online, dengan menyimpan sebelumnya bukti SKP di google drive kemudian share link. Begitu juga sebagai seorang dosen, beberapa akun baik yang untuk kenaikan pangkat, bukti menjalankan tridharma dilaporkan juga secara online.

Salah satu yang membuat saya tergerak untuk mempelajari mengenai bagaimana cara mempersingkat url, yaitu ketika mengurus jabatan fungsional. Aplikasi yang digunakan adalah PAK online. Bila ada yang di KOPERTIS X atau Namanya sekarang LLDIKTI Wilayah X, berikut alamat linknya http://kepegawaian.kopertis10.or.id/. Nah, pada aplikasi ini kita akan memasukkan bukti tridharma baik pelaksanaan pendidikan, penelitian, pengabdian dan  penunujang. Untuk detailnya sepeti apa, insyaAllah kita bahas di lain waktu (semoga aku rajin ya Allah). Pada saat memasukkan komponen tersebut, maka akan diminta melampirkan buktinya dengan menuliskan url dari google drive, temapt menyimpan bukti pelaksanaan tridharma. Url yang dari share link dari google drive, biasanya akan panjang.

Untuk meminimalisir kesalahan karena url yang panjang, maka url ini bisa diperpendek. Ada berbagai cara ternyata, tapi yang saya gunakan adalah bitly.
Untuk yang ingin menyingkat url menggunakan bit.ly, bisa dibuka di link berikut: https://bitly.com/, tampilan akan terlihat seperti ini:
Tampilan awal bitly

Bitly ini gratis. Bila belum terdaftar, tinggal klik “sign up”, geser agak ke bawah, akan keluar tampilan
Sign up


 Klik “here” 

klik here

Isikan username, email dan password atau daftar dari akun google juga bisa. Setelah itu cek email, kemudian konfirmasi kemudian masuk kembali ke laman bitly.

Halaman setelah konfirmasi dari email


Bila sudah keluar tampilan seperti di atas, untuk memulai klik “create”
Custom url

Tinggal paste URL yang Panjang, kemudian custom pada kotak bagian atas, maka kita bisa mendapatkan link url yang pendek dan mudah diingat.

Semoga bermanfaat




7 komentar: