Kebab di Sore Hari

Pulang praktik tiba-tiba pengen cemilan, kemaren beli gorengan ga abis. Mikir, apa lagi ya, yang enak, lewat jalur pulang, ga perlu meter2 mobil, sore biasanya agak macet karena jamnya pulang kerja. Teringat ada yang jual kebab di depan sebuah swalayan. Mampirlah di sana, pesannya cuma satu, karena memang mau langsung makan di sana. Harganya 18.000, pada saat membayar, lihat isi dompet ada uang pecahan 20.000, langsung ngasih ke abangnya, ga susah lah cari kembaliannya, toh kembaliannya 2.000. Tapi saat si abangnya buka laci uang, ternyata ga ada kembaliannya, ga tau juga apakah saya pelanggan pertamanya atau gimana, karena di laci tersebut hanya ada satu lembar 10.000. Akhirnya si abangnya pamit cari uang kembaliannya. Nunggu sebentar, abangnya menyerahkan kembalian 2000, sambil bawa satu botol air mineral. Mungkin ga enak cuma nukerin duitnya, jadi sekalian belanja.

Sepenggal kisah yang dialami sore ini, mejadi renungan untuk lebih bersyukur. Kadang kita merasa hidup baik-baik saja tanpa ingat muhasabah, ingat bahwa ada yang mengatur kehidupan ini. Saya biasanya ga beli kebab di sana, ada satu kebab yang memang saya sangat suka, selalu beli di sana. tetiba saya sore itu memutuskan untuk membeli kebab di tempat yang baru, yang saya tau rasanya enak, tapi saosnya bukan favorit saya. Apakah abangnya banyak berzikir dan berdoa kepada Allah atas rizkinya, sehingga langkah-langkah pelanggan ataupun calin pelanggan ke arah jualannya. Semoga jualannya berkah.

Satu pelajaran yang saya petik juga, kalau seandainya saya bertindak cepat untuk mencari uang pecahan kecil, mungkin si abangnya tidak perlu membeli air mineral yang belum tentu jadi jajanan prioritasnya setelah baru buka jualannya. Semoga kita selalu menjadi orang yang bersyukur.

0 komentar: