Tepat setahun yang lalu, papa mulai menunjukkan gejala, pucat dan agak sesak. Kalau ditanya sakit bilangnya ga sakit. Sampai mama nelpon, mama dan papa masih di Payakumbuh, bilang papa sesak. Minggu itu dengan naik kendaraan umum (karena ga sanggup nyetir lagi akibat sesak) mama dan papa ke Padang. Sampai di Padang langsung dj bawa ke IGD.
Memang kalau papa istirahat, sesaknya hilang, pacarnya juga jadi samar, Bahkan dokternya bilang papa ga sakit. Karena kenal sama dokter dan telling seorang anak, minta diperiksa lab rutin, untuk memastikan. Ternyata Hb papa 6 mg/dl. Kaget, karena keadaan ini merupakan kndikasi rawat. Mama ga mempersiapkan apa-apa. Yang penting terbaik buat papa. Sembari menunggu kamar rawat, kami masih sempat jalan kaki ke mesjid di lingkungan rumah sakit itu.
Saat itu, papa ditransfusi 2 kantong. Naik Jb nya jadi 9.6 mf/dl. Kemudian diminta satu minggu lagi kontrol poli. Pas kontrol, periksa darah lagi, turun lagi jadi 8.3. Was-was, ada apa dengan papa. Pastinya ada penyakit penyebab Hb turun ini. Ditelusuri oleh dr. Penyakit dalam, dan dirujuk antar poli ke poli paru. Di poli paru papa diminga untuk CT scan, didapatkan adanya atelektasis, karena bekas TB. Pengobatan bila ada keluhan saja.
Walau masih belum puas rasanya, karena belum ketemu penyebab, bila Juni papa pucat lagi, lemah, mau dirawat di rumah sakit yang sebelumnya, dokternya lagi kemalangan. Akhirnya pindah rumah sakit, di rumah sakit kedua ini, papa ditransfusi 3 kantong. Dicari penyebab perdarahannya. Hasil comb test positif. Pulang rawat Hb papa 9.6 mg/dl. Dianjurkan untuk kolonoskopi, karena di rumah sakit kedua tidak ada dokter bedah digestif, diminta ke rumah sakit pertama yang ada dokter bedah digestifnya.
Balik lagi ke rumah sakit pertama, untuk kolonoskopi. Salah satu persiapan kolonoskopi adalah rontgen. Pas dibaca hasil rontgen oleh dr. Radiologi, kebetulan teman, curiga TBnya kambuh dan penyakit kronis ini yang menyebabkan anemia. Walau papa agak cemas dan awalnya ga mau kolonoskopi, setelah diyakinkan mau karena dibius dan ga terasa sakit. Hasil kolonoskopi dalam batas normal.
Berikutnya kami follow up hasil rontgen yang curiga TB kambuh ke dokter spesialis penyakit dalam sub spesialis pulmonologi yang praktiknya di rumah sakit ketiga. Hasilnya beliau sampaikan tidak ada kekambuhan. Kemungkinan memang gangguan di darah. Masih teringat kami kontrol 2 kali dalam 2 minggu ke rumah sakit ketiga. Ini sekitar bulan Agustus.
Bukan September awal, kami ke rumah sakit ke 4, ke dokter penyakit dalam sub spesialis hematology. Kami ceritakan riwayat papa. Beliau juga minta periksa darah kembali, dan menyatakan kemungkinan anemia aplasia. Pas kontrol Hb papa 7.6 mg/dl. Papa diresepkan obat autoimun dan kortikosteroid. Satu minggu kemudian kami kontrol kembali, setiap Kamis sore, papa periksa darah lagi hasil 7.8 mg/dl. Alhamdulillah, rasanya luar biasa, bersyukur, ada respon pengobatan. Papa mulai semangat lagi. Obatnya ga bisa diresepkan untuk 2 minggu atau 1 bukan, jadi harus setiap minggu kontrol. Kalau mau obat per 2 minggu, papa mau dirujuk ke rumah sakit tipe A di kota kami. Kami memutuskan tetap di rumah sakit keempat ini.
Jadi inilah rutinitas kami, setiap Kamis Sore, ditemani mama, kami bertiga ke rumah sakit. Pulang praktik dari klinik, jemput mama dan papa di rumah, kemudian ke rumah sakit. Setiap Kamis kami menjadikan rutinitas ini sebagai rutinitas yang menyenangkan. Anggap ke rumah sakit yang jaraknya lumayan sebagai jalan-jalan, karena dari Mei-September, kegiatan mama dan papa terbatas, rumah sakit dan rumah. Waktu pensiun buat jalan-jalan belum sempat dinikmati. Praktik dokter setiap jam 19.00, pukul 18.00 biasanya kami sudah sampai rumah sakit, mama dan papa langsung ke ruang tunggu, sedangkan saya daftar administrasi dulu. Kemudian sholat magrib di rumah sakit, kadang kami bawa cemilan, kadang kami jajan depan rumah sakit. Rutinitas yang saat ini ngangenin.. Hari ini Kamis, harus siap-siap kontrol... Semua sudah berlalu, papa sudah ga sakit lagi.
Semoga papa di lapangkan kuburnya, kesabaran dalam menerima sakitnya. Kangen Papa
0 komentar: