Ada rasa sesal yang sampai sekarang masih terasa. Waktu itu aku berangkat umroh bersama mama. Aku ingin sekali bisa mendoakan yang terbaik untuk papa, bahkan mengumrohkan beliau. Tapi ternyata, fisikku tidak cukup kuat. Aku tidak menjaga kesehatan sebelum berangkat, tidak disiplin berolahraga, dan akhirnya tubuhku melemah saat di tanah suci. Rasanya perih sekali. Aku merasa gagal, merasa tidak maksimal menjalani ibadah yang sebenarnya sangat aku rindukan.
Di antara rasa sesal itu, aku belajar sesuatu. Bahwa ibadah bukan hanya soal niat, tapi juga kesiapan jasmani. Bahwa menjaga tubuh adalah bagian dari amanah Allah. Aku baru sadar, seandainya sejak awal aku merawat kesehatan lebih serius, mungkin aku bisa lebih tenang, lebih kuat, dan bisa memberikan yang terbaik.
Namun aku tahu, Allah Maha Tahu isi hati hamba-Nya. Meski aku tidak bisa mengumrohkan papa waktu itu, aku tetap menggantungkan doa, menitipkan rindu, memohon agar pahala umroh yang sederhana itu Allah catatkan juga untuknya. Dan aku terus berdoa, semoga suatu hari nanti aku diundang kembali ke Baitullah. Kali ini dengan tubuh yang lebih siap, hati yang lebih ikhlas, dan langkah yang lebih kuat.
Kadang hidup memang memberi kita penyesalan, tapi penyesalan itu bisa jadi cambuk untuk memperbaiki diri. Aku ingin belajar dari pengalaman itu—bahwa menjaga kesehatan bukan sekadar rutinitas, tapi bekal agar ketika Allah memanggil lagi, aku siap sepenuhnya.
0 komentar: