Mengelola Informasi mengenai Corona

Sebenarnya udah banyak disaranin sama teman-teman, kenapa tidak menulis mengenai berita yang lagi update saat ini. Bahkan kalau masih boleh ngumpul di warung kopi, sudah dapat dipastikan obrolannya tentang ini. Topik apa itu? Topik mengenai corona.

Banyak juga yang komplain, karena saya seorang dokter, seharusnya nulisnya lebih banyak mengenai edukasi mengenai berita yang lagi hit saat ini. Saya pun merasakan hal seperti itu, akan tetap saya seperti denial, ada kekhawatiran, apakah informasi yang saya sampaikan akan membawa dampak positif atau malah menambah kecemasan.

Terus terang, saat berita corona, korbannya, penyebarannya, saya pung mengalami kecemasan, apakah saya tertular?karena masih berkontak dengan pasien. Malah makin hari angkanya makin meningkat.
Pic from Canva
Cemas atau stres dalam keadaan saat ini dinilai masih wajar, apabila kita bisa mengatasinya. Tentu dengan berbagai cara, jangan sampai kita memelihara rasa cemas dan stres sehingga makin hari makin berat masalahnya. Saya pribadi berusaha membatasi informasi mengenai Covid-19 pada awalnya, kemudian saya harus berdamai, karena saya perlu update penanganan dan ikut berperan memutus rantai penyebarannya. Jadi saya menjadikan menulis sebagai media saya melepas stres. Selain itu saya juga meminta bantuan dr.Mutiara, Sp.KJ untuk memberikan masukan mengenai yang paling banyak diresahkan masyarakat. Tulisannya bisa  dibaca dimenjaga-kesehatan-jiwa-saat-wabah-corona.

World Health Organization (WHO) mebemrikan tips melalui kampanye, agar kita semua dapat berperan sesuai dengan porsi kita masing-masing. Berikut kampanye dari WHO:

1. Batasi informasi
Pic from Canva
Informasi banyak banget kan, mulai dari info resmi, ataupun dari whatsapp grup. Belum selesai satu informasi dicerna, informasi lainnya muncul. Saya pribadi paham, mengapa begitu masifnya semua orang berbagi informasi, tujuannya agar tidak ketingggalan informasi. Akan tetapi perlu juga kita sadari bahwa informasi itu perlu dibaca baik-baik, dicerna dan dicari kebenaran setelah itu baru disebar. Agar tidak ada hoax diantara kita. Handphone milik kita, jaringan internet milik kita, sehingga kontrol yang mau kita baca dan kita bagi ada di tangan kita, so bila sudah menganggu sebaiknya batasi. misalnya 1 jam per hari.

2. Perhatikan Kesehatan Tubuh

Selain memperhatikan kesehatan mental dan jiwa, berikutnya perhatikan juga kesehatan jasmani. Jangan karena work from home (WFH), menjadi kaum rebahan trus isinya makan tidur makan tidur saja. Jangan lupakan hak tubuh untuk berolahraga. Jangan mikirin yang berat-berat ya olahraganya, sesuatu yang sederhana misalnya buka youtube putar zumba trus ikutan, sudah terhitung olahraga. dijadwalkan saja misalnya 15 menit atau 30 menit.

3. Melakukan hal-hal yang menyenangkan
Pic from canva
Selama bekerja, mungkin beberapa hobi jadi terlewatkan, atau hanya bisa dikerjakan saat weekend. Nah sekarang saatnya, mulai mengeksplorasi lagi hobi atau kesenangan lainnya. Beberapa waktu lagi in mengenai masak-masakan, semua orang berlomba memposting hasil masakannya di sosial media. Yang belakangan in adalah dalgona coffee, efeknya di supermarket sulut menemukan kopi yang in tersebut sama susu UHT cair fullcream, habis.

Yang suka bercocok tanam bisa juga menyalurkan hobinya. Bisa dimulai nonton youtube dulu (heheh, ini saya banget), melihat yang hijau-hijau, rasanya seger. Apalagi ada vlog yang manen kebun sendiri kemudian dimasak, Wow banget ngeliatnya, mandiri untuk pangannya. Untuk memulainya perlu tekad yang kuat guys. Jangan mikirin biaya pot dulu ya, mulai saja dengan plastik minyak goreng yang bisa dijadikan pot. trsu mulai tanam yang gampang-gampang. Selamat mencoba guys. Saya pun lagi mencoba menanam daun bawang, tapi gagal karena terlalu rajin nyiramnya, jadinya batangnya busuk. Ini lagi coba lagi, pengalamanan mengajari kita cara terbaik.

5. Curhat
Pic from Canva
Curhat itu penting lho, curhat itu sebagai media ventilasi. Jadi jangan ditimbun sendiri guys, perlu kita menceritakan keadaan kita, perasaan kita dengan orang yang bisa kita percaya, orang tua atau saudara misalnya. Apabila belum bisa ceritakan pada Tuhan.  Jangan langsung ke media sosial, bukan solusi yang didapatkan, tapi mungkin malah namabah masalah.

Curhat ke diari juga bisa lho. Kalau menurut saya ga ada jadulnya kok menulis diari, menulis kan sebagai terapi juga, bila hati galau dan ga tau mau curhat ke siapa, nulis aja.

6. Mulai berperan yuuk

Pic from Canva
Yuk kita  mulai berperan, kita lah garda terdepan sesungguhnya, Kita buat #dirumahaja menjadi efek yang luas dan bermanfaat. Bisa dengan memberikan bantuan atau menyebarkan informasi yang positif. Apapun, yukk maksimalkan peran kita.

Semoga bermanfaat




0 komentar: