Inovasi Dakwah pada masa Pandemi


 



PENDAHULUAN

Esensi dakwah bermakna sebagai upaya seseorang atau lembaga untuk mengajak atau menyeru manusia kepada kebaikan dan kebenaran serta mencegah dari keburukan. Dakwah juga bermakna seruan kepada sesama manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar dengan penuh kebijaksanaan dan nasehat yang baik.

Mengajak sesama manusia dengan berbagai penyampaian di era sekarang, bukan hanya yang ceramah yang ada di masjid, tetapi disampaikan dengan berbagai media yang digunakan sekarang ini. seperti media sosial atau media untuk tatap virtual seperti zoom dan goggle meet.

Inovasi di masa pandemi terutama untuk masalah dakwah ddapat disampaikan dengan berbagai media, walaupun tidak dapat menjangkau semua kalangan usia, akan tetapi dapat mengisi fungsi dari dakwah ini yaitu menyampaikan.

 

ISI

Dakwah memiliki arti menyeru pada hal kebaikan dan mencegah dari keburukan. Menyeru atau menyampaikan merupakan fitrah bagi setiap manusia yang memiliki ilmu. Dakwah merupakan sebagian dari ilmu.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “dan hendaklah di anatara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali ‘Imran:104).

Seperti yang disampaikan di awal bahwa menyeru atau dakwah merupakah fitrah atau kewajiban setiap muslim sepanjang masa. Berdakwah bukan hanya kewajiban ulama, ustad, ustadzah, tetapi kewajiban setiap muslim. Berdakwah itu bukan hanya untuk dilakukan di masjid saja, tapi dapat dilakukan di berbagai segi kehidupan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam sepanjang hidupnya melakukan dakwah. Perintah dari Rasulullah yang diriwayatkan Al Bukhari, “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.” Ajakan ini bermakna setiap individu wajib menyampaikan dakwah sesuai dengan kadar kemampuannya.

Dakwah yang dilakukan setiap muslim sesuai dengan kemampuan dan perannya di masyarakat. Seorang guru bisa menyampaiakan seruan atau dakwah sesuai dengan profesinya, seorang dosen bisa mendakwahi dengan perannya sebagai role model bagi mahasiswanya, seorang dokter dapat menyampaikan seruan kepada pasiennya, begitu juga dengan profesi lainnya.

Seruan atau penyampaiannya dilakukan seperti contoh di atas dengan berbagai media, bisa dengan lisan, tulisan dan perbuatan. Cara penyampaian disesuaikan dengan komunitas yang dituju, sehingga tepat sasaran. Terutama di masa pandemic ini, untuk mencapai sasaran target dakwah, sebagai muslim cara menyampaikan juga mengalami penyesuaian, perlu inovasi dalam penyampaiannya.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah menjadi kebutuhan, dapat dimanfaatkan sebagai media penyampaian dakwah.  Dakwah yang sebagian besar identik dengan ceramah atau penyampaian secara lisan di masjid, dengan  adanya teknologi, dakwah multimedia dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Walaupun target atau sasaran dakwahnya lebih ke generasi yang melek teknologi, tetapi paling tidak bisa dimanfaatkan untuk mengisi keterbatasan pada saat pandemic ini.

Keterbatasan pada saat pandemic untuk berkumpul atau bepergian, tidak menjadi alasan untuk tidak menambah ilmu atau menyampaikan dakwah. Pemanfaat multimedia terutama sosial media dapat dilakukan untuk menyampaikan materi dakwah. Tentunya disesuaikan dengan target dan aturan dari media tersebut.

Sosial media yang dapat dijadikan sebagai sarana dakwah diantaranya adalah facebook, Instagram, youtube, blog ataupun web. Media ini khususnya memang menjangkau kaum milenial. Rentang usia pengguna media sosial seperti yang disebutkan di atas mayoritas berusia 15-40 tahun ke atas.

Dakwah yang dilakukan melalui sosial media selain disesuaikan dengan target dakwah, disesuaikan dengan platform yang digunakan, untuk youtube facebook, dan Instagram, penyampaian dapat berupa video ataupun gambar yang menarik. Pemanfaatan blog dan web  sebagai media, dapat berupa tulisan.

Kelebihan dari media online ini sebagai sarana dakwah, adalah mengisi kekosongan media offline atau tatap muka secara langsung. Kekurangannya, tidak interaktif, walaupun ada kolom komentar, belum dapat menggantikan interaksi antara penyampai dakwah dengan yang bertanya.

Kekurangan dari media sosial ini, dapat ditambal dengan mengikuti  kajian dari suatu kumpulan, ataupun instansi yang mengundang ustad/ustadzah langsung yang memanfaatkan media seperti zoom atau google meet. Media ini mengganti peran tatap muka menjadi tatap virtual. Setelah oenyampaian materi, biasanya ada sesi diskusinya, nah di diskusi ini semua pertanyaan, kebingungan peserta dapat dijawab secara langsung oleh ahlinya.

Selain dari media sosial yang memang penggunanya terbatas, radio sebagai sarana penampai dakwah, yang dari dulu sudah digunakan juga bisa sabagai sarana dakwah.  Saat ini, pendengar radio memang berkurang, akan tetapi masih ada pasarnya, sehingga masih bisa digunakan. Walaupun tertinggal dibandingkan media lain, siaran keagamaan atau dakwah yang dibuat semenarik mungkin dapat menarik minat pendengar.

 

PENUTUP

Berbagai media di atas dapat berfungsi secara efektif jika mampu digunakan secara baik dan teapat sasarannya. Untuk yang berperan sebagai pendakwah atau yang menyampaikan materi, juga perlu memahami media yang digunakan dan target sasaran dakwahnya agar penyampaian informasi lebih efektif.

 

DAFTAR PUSTAKA

1.     Samsinar S. Inovasi Dakwah melalui multimedia. Jurnal IAIN Bone. 2019

2.     Pardianto. Dakwah Multikultural (Studi Alternatif Dakwah di Era Globalisasi). Mediasi. 2015.9;2. 85-100

3.     https://umroh.com/blog/inilah-hakikat-esensi-dakwah-yang-perlu-kamu-tahu/

 

5 comments:

  1. Meski sudah banyak ditinggalkan tapi kami masih intens mendengarkan kajian dakwah lewat radio lho mbak.. Biasanya selama perjalanan dalam kendaraan, timbang denger musik kami pilih channel dakwah,setali tiga uanglah, refreshing dapet ilmu juga dapet.

    ReplyDelete
  2. Walaupun memang banyak dakwah melalui media sosial tetap aja feelnya beda sama kalau datang kajian langsung. Tapi kalau kondisi pandemi gini memang lebih nyaman via media sosial si mba. Dan aku cenderung lebih suka yang ada sistem kuisnya, jadi tau sejauh mana aku paham sama materinya.

    ReplyDelete
  3. Bener mba, tp lebih dapet feel pas dateng kajian langsung
    Jadi rindu kajian

    ReplyDelete
  4. Langsung datang ke kajian vibes nya emang beda dari nyimak kajian di youtube. Tapi mending di internet daripada engga sama sekali. Dan senengnya udah banyak ustad yg aware dengan kualitas video dan grafis yg bagus di sosial media

    ReplyDelete
  5. Media dakwah udah banyak banget. Pandemi bukan halangan utk mendapatkan ilmu

    ReplyDelete