Hati ke 15:Cambukan dari Pak Dekan


Hari ini aku mendapat satu pertanyaan sederhana yang rasanya seperti petir menyambar di siang bolong. “Kapan mau daftar sekolah?” tanya Pak Dekan dengan melalui wa, tapi pertanyaannya  seperti menembus pikiranku yang penuh daftar rencana belum dieksekusi.

Pertanyaan itu singkat, tapi jawabannya tidak sesederhana itu. Di kepalaku langsung berputar: persiapan TOEFL yang belum konsisten, draft proposal yang masih di folder “belum final”, dokumen administrasi yang baru setengah lengkap, dan jadwal kerja yang sudah padat. Tapi aku tidak mau menjawab dengan alasan. Aku tahu, itu bukan waktunya mencari pembenaran—ini waktunya mengeksekusi.

Mungkin inilah yang disebut cambukan motivasi. Bukan dalam bentuk marah atau teguran, tapi dari pertanyaan yang membuat kita menatap diri sendiri lebih jujur. Aku sadar, mimpi S3 ini tidak akan datang mendekat hanya karena aku sering memikirkannya. Ia butuh tindakan nyata, dan tindakan itu harus mulai sekarang.

Maka aku memutuskan satu hal: jadwalku harus lebih ketat dan efektif. Tidak ada lagi “nanti saja” untuk belajar TOEFL. Tidak ada lagi membiarkan waktu kosong tanpa arah. Aku akan menyusun blok waktu harian: jam untuk menulis proposal, jam untuk membaca literatur, jam untuk latihan bahasa, dan jam untuk istirahat yang berkualitas. Semua akan tercatat di Google Calendar, semua akan diberi pengingat.

Aku tahu, ini bukan hanya soal memenuhi tenggat pendaftaran. Ini tentang melatih disiplin yang akan kubutuhkan sepanjang perjalanan S3 nanti. Dan jika satu pertanyaan dari Pak Dekan bisa membuatku tersadar, maka aku akan mengingatnya setiap kali aku tergoda untuk menunda.

Hari ini, mimpi itu terasa sedikit lebih dekat—karena aku memutuskan untuk bergerak.

0 komentar: