Klakson dan Pak Ogah
Kenangan
Berharganya kenangan, apalagi saat kita kehilangan. Terutama kenangan bersama orang-orang tersayang yang telah selesai tugasnya di dunia. Kenangan yang semoga tidak hilang di memori. Kenangan yang berharga yang dapat juga dilihat di foto atau video.
Papa, saat menemani papa kontrol di poliklinik rumah sakit, di ruang tunggu, papa selfie. Kami mengira papa mencoba kamera di HP baru. Ternyata papa menyiapkan kami, agar ada foto papa yang tersenyum yang bisa kami lihat dan ukur di memori. Papa, terimakasih.
Buah Kesabaran
Merindukan Kamis
Tepat setahun yang lalu, papa mulai menunjukkan gejala, pucat dan agak sesak. Kalau ditanya sakit bilangnya ga sakit. Sampai mama nelpon, mama dan papa masih di Payakumbuh, bilang papa sesak. Minggu itu dengan naik kendaraan umum (karena ga sanggup nyetir lagi akibat sesak) mama dan papa ke Padang. Sampai di Padang langsung dj bawa ke IGD.
Memang kalau papa istirahat, sesaknya hilang, pacarnya juga jadi samar, Bahkan dokternya bilang papa ga sakit. Karena kenal sama dokter dan telling seorang anak, minta diperiksa lab rutin, untuk memastikan. Ternyata Hb papa 6 mg/dl. Kaget, karena keadaan ini merupakan kndikasi rawat. Mama ga mempersiapkan apa-apa. Yang penting terbaik buat papa. Sembari menunggu kamar rawat, kami masih sempat jalan kaki ke mesjid di lingkungan rumah sakit itu.
Saat itu, papa ditransfusi 2 kantong. Naik Jb nya jadi 9.6 mf/dl. Kemudian diminta satu minggu lagi kontrol poli. Pas kontrol, periksa darah lagi, turun lagi jadi 8.3. Was-was, ada apa dengan papa. Pastinya ada penyakit penyebab Hb turun ini. Ditelusuri oleh dr. Penyakit dalam, dan dirujuk antar poli ke poli paru. Di poli paru papa diminga untuk CT scan, didapatkan adanya atelektasis, karena bekas TB. Pengobatan bila ada keluhan saja.
Walau masih belum puas rasanya, karena belum ketemu penyebab, bila Juni papa pucat lagi, lemah, mau dirawat di rumah sakit yang sebelumnya, dokternya lagi kemalangan. Akhirnya pindah rumah sakit, di rumah sakit kedua ini, papa ditransfusi 3 kantong. Dicari penyebab perdarahannya. Hasil comb test positif. Pulang rawat Hb papa 9.6 mg/dl. Dianjurkan untuk kolonoskopi, karena di rumah sakit kedua tidak ada dokter bedah digestif, diminta ke rumah sakit pertama yang ada dokter bedah digestifnya.
Balik lagi ke rumah sakit pertama, untuk kolonoskopi. Salah satu persiapan kolonoskopi adalah rontgen. Pas dibaca hasil rontgen oleh dr. Radiologi, kebetulan teman, curiga TBnya kambuh dan penyakit kronis ini yang menyebabkan anemia. Walau papa agak cemas dan awalnya ga mau kolonoskopi, setelah diyakinkan mau karena dibius dan ga terasa sakit. Hasil kolonoskopi dalam batas normal.
Berikutnya kami follow up hasil rontgen yang curiga TB kambuh ke dokter spesialis penyakit dalam sub spesialis pulmonologi yang praktiknya di rumah sakit ketiga. Hasilnya beliau sampaikan tidak ada kekambuhan. Kemungkinan memang gangguan di darah. Masih teringat kami kontrol 2 kali dalam 2 minggu ke rumah sakit ketiga. Ini sekitar bulan Agustus.
Bukan September awal, kami ke rumah sakit ke 4, ke dokter penyakit dalam sub spesialis hematology. Kami ceritakan riwayat papa. Beliau juga minta periksa darah kembali, dan menyatakan kemungkinan anemia aplasia. Pas kontrol Hb papa 7.6 mg/dl. Papa diresepkan obat autoimun dan kortikosteroid. Satu minggu kemudian kami kontrol kembali, setiap Kamis sore, papa periksa darah lagi hasil 7.8 mg/dl. Alhamdulillah, rasanya luar biasa, bersyukur, ada respon pengobatan. Papa mulai semangat lagi. Obatnya ga bisa diresepkan untuk 2 minggu atau 1 bukan, jadi harus setiap minggu kontrol. Kalau mau obat per 2 minggu, papa mau dirujuk ke rumah sakit tipe A di kota kami. Kami memutuskan tetap di rumah sakit keempat ini.
Jadi inilah rutinitas kami, setiap Kamis Sore, ditemani mama, kami bertiga ke rumah sakit. Pulang praktik dari klinik, jemput mama dan papa di rumah, kemudian ke rumah sakit. Setiap Kamis kami menjadikan rutinitas ini sebagai rutinitas yang menyenangkan. Anggap ke rumah sakit yang jaraknya lumayan sebagai jalan-jalan, karena dari Mei-September, kegiatan mama dan papa terbatas, rumah sakit dan rumah. Waktu pensiun buat jalan-jalan belum sempat dinikmati. Praktik dokter setiap jam 19.00, pukul 18.00 biasanya kami sudah sampai rumah sakit, mama dan papa langsung ke ruang tunggu, sedangkan saya daftar administrasi dulu. Kemudian sholat magrib di rumah sakit, kadang kami bawa cemilan, kadang kami jajan depan rumah sakit. Rutinitas yang saat ini ngangenin.. Hari ini Kamis, harus siap-siap kontrol... Semua sudah berlalu, papa sudah ga sakit lagi.
Semoga papa di lapangkan kuburnya, kesabaran dalam menerima sakitnya. Kangen Papa
QuillBot
Ketelitian
Kata-Kata Ajaib
Jurnal PengabdianTerakreditas Sinta
10 Tahun yang Lalu
Ramah Tamah
Afirmasi
The Fame Game
The Glory
Melangkah
Tutorial Pertama di Tahun 2023
Tutorial pertama setelah libur akhir tahun selama seminggu. Yang paling dirindukan saat mengfasilitasi diskusi kelompok tutorial ini adalah fase brainstormingnya, bagaimana mereka membangun pengetahuan, mengkaloborasikan pengalaman yang dialami atau yang dilihat dengan apa yang pernah mereka pelajari. Kadang ada yang di luar konteks kadang ada yang jauh pembahasannya. Saat mereka dengan berdiskusi menemukan konsep yang diminta dari sebuah triger, ada rasa senang.
Kelompok tutorial selalu berdinamika, kadang ada yang semangat, kadang pula ada yang turun semangat, tapi itu semua bagian dari berdinamika dalam sebuah kelompok. Di bagian inilah peran ketua kelompok sangat penting untuk memberikan kesempatan kepada temannya agar partisipasi merata. Dengan proses diskusi terstruktur ini, mahasiswa juga belajar bagaimana menghargai pendapat, membuat kesimpulan, dan saling menyaring informasi.
Mahasiswa tahun ini yang merupakan generasi Z, perlu pendekatan yang agak berbeda dari angkatan sebelumnya. Pada kelompok ini pula saya menemukan mahasiswa menggunakan berbagai media dalam belajar. Termasuk tiktok. Satu yang pesankan ke mahasiswa, agar bijak menggunakannya, tetap konfirmasi dari sumber ilmiah. Bahkan kalau sudah mendapatkan suatu informasi dan meramunya, jangan malu untuk membuat konten edukasi juga.
Law of Attraction
Ikut Les IELTS
K drama yang ditoton sepanjang 2022
Yang tidak ketinggalan tentunya drama dengan genre zombie, judulnya Happiness, drama ini tayangnya 2021, tapi di Netflix baru di 2022, seru nonton kompaknya warga apertemen, trus nontonya juga meningkatkan adrenalin karena dikejar-kejar zombie. Kalau di drama ini bukan zombie sih tapi karena efek samping obat, jadinya mirip zombie, tapi penularannya sama dengan gigitan.
Rasa Syukur- Nikmat Kesehatan
Memaknai nikmat kesehatan dengan besyukur. Pandemi menyadarkan saya, bahwa sehat itu sesuatu yang esensial. Setiap hari kita bebas menghirup oksigen gratis, bangun pagi dengan keadaan tubuh segar, melihat langit biru, dan hal-hal lain yangmungkin kita lupa untuk memaknainya.
Betapa mahalnya kesehatan itu, dimulai saat Papa terkena covid 2021, dirawat di rumah sakit tipe C, harus masuk ruang isolasi kemudian pindah rumah sakit karena ternyata perlu perawatan yang lebih, dan di rawatlah di ICU rumah sakit tipe. Rasanya campur aduk, ga siap, pengen gantiin papa rasanya. Di ICU tentunya papa sendiri, Alhamdulillah boleh bawa handphone dan kita masih bisa video call untuk memantau keadaan papa dan biar papa ga kesepian. Saat papa diijinkan keluar setelah perawatan dan keadaan membaik, Ya Allah rasanya bahagia sekali, bersyukur papa dan kami sekeluarga bisa menghadapi semuanya.
Tahun 2022 bulan Mei tiba-tiba mama nelpon, bilang papa kok kelihatan pucat. Saya bawa ke IGD rumah sakit, fisik papa baik-baik saja, tapi dari laboratorium Hb papa 6.6 mg/dl, yang artinya papa perlu dirawat dan perlu transfusi. Papa dirawat 3 hari dan transfusi 2/3 kantong (lupa), keluar rumah sakit papa segar kembali. Dua minggu setelah dirawat, papa kontrol ulang ke poliklinik, ternyata Hb, leukosit dan trombosit papa turun lagi. Dokter curiga ada infeksi di paru-paru karena memang papa ada riwayat covid tahun sebelumnya dan juga pernah TB tahun 2018 (pengobatan selesai). Dokter penyakit dalam waktu itu merujuk ke poli paru. Dokter spesialis paru meminta untuk CT scan thorax yang hasilnya ada bronkoektasis karena pernah TB dulu, untuk keluhan sesak pengobatannya simptomatis atau bila ada gejala.
Gejala pucat papa ternyata masih. Bulan Juli, papa dibawa kontrol lagi ke rumah sakit yang berbeda, Hb kembali turun 6.3 mg/dl dan diputuskan untuk dirawat. Papa dirawat 2 hari dengan transfusi 2 kantong. Dokter mengali kembali riwayat papa, di rumah sakit ini papa diperiksa comb test dengan hasil positif. Curiga ada perdarahan dari saluran cerna. Setelah rawatan ini papa disarankan untuk kolonoskopi. Untuk kolonoskopi ini, kami kembali ke rumah sakit pertama. Hasil kolonoskopi ternyata dalam batas normal. Makin bingunglah, apa ya yang menyebabkan anemia ini.
Sebelum kolonoskopi, papa cek rontgen thorax, dokter radiologi curiga, apakah TB nya aktif kembali, dan TB ini yang menyebabkan anemia. Setelah kolonoskopi, kami cek sputum di puskesmas dan hasilnya negatif. Kemudian papa kami cek lagi ke dokter penyakit dalam sub spesialis pulmo di rumah sakit ketiga, hasilnya gambaran rontgen bekas TB tapi tidak ada TB aktif. Dokter penyakit dalam spesialis pulmo akhirnya menyarankan untuk cek ke dokter spesialis penyakit dalam spesialis hemato di rumah sakit ke empat.
Papa yang selalu minta ditemani mama setiap cek sepertinya lelah karena tiap minggu harus ke rumah sakit, kadang ada putus asa, kadang semangat lagi, tapi yang paling penting adalah support system, saling menguatkan, jauhkan pikiran-pikiran negatif. Di rumah sakit keempat ini, papa didiagnosis anemia aplasia. Bulan Oktober saat kontrol Hb papa 5.9 mg/dl, dianjurkan rawat setelah daftar untuk rawat inap ternyata kamar penuh, akhirnya dokternya menyarankan untuk ke rumah sakit lain (rumah sakit ke lima) yang beliau juga praktik di sana. Papa masuk lewat IGD, papa dirawat 3 hari, Hb saat pulang 9.3 mg/dl. Ternyata Hb ini tidak bertahan lama juga, bulan Desember awal tanggal 5 papa di rawat lagi di rumah sakit ke empat karena Hb kembali 6.3 mg/dl. Harusnya papa dirawat tanggal 1 Desember, karena saya masih di luar kota, Papa ditunda jadi dirawat tanggal 5 Desember. Keadaan papa stabil, makan seperti biasa, hanya Hb yang rendah. Pulang rawatan terakhir ini Hb papa 9.7mg/dl. Alhamdulillah.
Kesehatan itu mahal dan perlu dijaga. Support system dari semua keluarga, baik keluarga inti maupun keluarga besar sangat berpengaruh. Walau setiap minggu kami masih harus kembali kontrol ke rumah sakit, saya dan kakak menyemangati papa dan mama, anggap aja kita ke rumah sakit cari suasana baru, lebih bisa mensyukuri apa yang ada, menjaga apa yang ada. Satu kalimat dokter yang sangat menguatkan bagi keluarga kami, Jangan terlalu dipikirkan, kalau kurang kita tambah. Kalimat sederhana, yang menyadarkan kami, membuka mata kami, masih ada keaadaan orang lain yang lebih . Mengamati sesama pasien, keluarga pasien yang antri untuk konsultasi dengan dokter, kesabaran menunggu, kesabaran menerima, bahkan saling bercerita untuk saling menguatkan. Memaknai setiap detik dengan rasa syukur mengajarkan kami bahwa kami kuat dan saling menguatkan.
0 komentar: