Hari ke-7 – Di Antara Syarat dan Kenyataan

 Aku membuka laman SIMAK UI hari ini, mencoba membaca ulang persyaratan untuk mendaftar S3 Ilmu Kedokteran jalur riset. Rasanya seperti membuka pintu yang pernah kututup rapat—dulu karena ragu, sekarang karena ingin tahu seberapa jauh aku masih harus melangkah.

Pandangan mataku berhenti di satu kalimat tegas:

“Memiliki paling sedikit dua publikasi ilmiah di jurnal nasional terakreditasi atau jurnal internasional, dan menjadi penulis pertama dalam minimal satu publikasi.”

Aku menarik napas. Tak asing memang. Aku pernah membaca ini sebelumnya. Tapi kali ini rasanya berbeda. Mungkin karena sekarang aku benar-benar ingin siap.

Aku langsung membuka akun Google Scholar-ku. Di layar muncul deretan artikel yang pernah kutulis. Ada yang kutulis dengan semangat membara setelah program pengabdian selesai. Ada juga yang lahir dari kelelahan riset saat masih menyelesaikan studi magister. Tapi yang membuatku berpikir adalah: sudah cukupkah ini?

Setelah kuhitung-hitung, aku memang sudah punya beberapa publikasi. Sebagian terbit di jurnal nasional terakreditasi, dan ada satu yang jelas-jelas mencantumkan namaku sebagai penulis pertama. Tapi hanya satu. Dan untuk jalur riset, aku harus punya dua. Aku tahu itu.

Perasaan ini campur aduk: antara bangga karena sudah memulai, dan cemas karena belum sampai. Antara yakin bisa mengejar, dan takut ditunda lagi oleh kenyataan yang lain—pekerjaan, tanggung jawab institusi, atau bahkan kelelahan pribadi yang kadang tak terlihat.

Namun yang paling kuat hari ini adalah dorongan untuk tidak menyerah.
Aku sudah tahu syaratnya. Aku tahu posisiku. Dan aku juga tahu apa yang harus kulakukan.

Aku perlu menyiapkan:

  • Satu publikasi lagi di jurnal yang diakui, dengan aku sebagai penulis utama.

  • Sertifikat TOEFL dengan skor minimal 500.

  • Izin pimpinan sebagai bentuk dukungan kelembagaan.

  • Proposal penelitian, dan pastinya,

  • Menyelesaikan penguatan tema dan novelty dari topik yang sedang kususun.

Hari ini, aku tidak menyalahkan diriku yang belum selesai. Aku justru ingin memeluk diriku—yang tetap bertahan, yang kembali mencoba, dan yang pelan-pelan sedang menyiapkan semua ini.

Langkah kecilnya? Memastikan naskah berikutnya bisa selesai dan terbit.
Dan menulis di sini, setiap hari, agar aku tak lupa bahwa aku sedang berjalan ke arah yang kupilih sendiri.

0 komentar: