Hari Ke-9: Menata Ulang Diri, Belajar TOEFL di Tengah Peran Ganda


Menyiapkan diri untuk studi S3 itu seperti mengemudi di jalan panjang yang belum pernah kita lalui sebelumnya. Ada rasa penasaran, semangat, tapi juga keraguan yang menyelinap. Hari ini, aku memutuskan untuk menghadapi satu bagian penting dari perjalanan ini: TOEFL.

Syarat dari SIMAK UI menyebutkan bahwa skor TOEFL minimal yang harus aku lampirkan adalah 500, dan itu bukan sekadar angka. Bagi aku, ini adalah simbol kesiapan. Kesiapan akademik, kesiapan mental, dan kesiapan untuk keluar dari zona nyaman.

Tapi realitasnya tidak sesederhana membaca brosur. Aku seorang dosen, dan juga seorang dokter yang masih aktif praktik. Kadang aku bertanya, kapan waktu yang tersisa untuk belajar TOEFL? Di sela jadwal mengajar, rapat,  dan pelayanan pasien, rasanya waktu jadi barang langka.

Namun, justru di tengah kesibukan itulah aku ingin membuktikan bahwa aku bisa.

Aku mulai dengan menyusun jadwal belajar yang masuk akal untukku. Tidak muluk-muluk. Hanya sekitar satu jam per hari, cukup untuk membangun ritme. Aku bagi fokus belajarnya: listening, structure, dan reading—tiga bagian penting dalam TOEFL ITP. Untuk hari-hari tertentu, aku sisipkan latihan writing dan speaking ringan, bukan karena dibutuhkan dalam ujian, tapi karena aku butuh kepercayaan diri untuk berbahasa Inggris aktif.

Berikut adalah jadwal belajarku selama 4 minggu:

Minggu 1 – Pemanasan dan Pemetaan Kekuatan

  • Senin–Rabu: Listening (fokus pada short conversations)

  • Kamis–Jumat: Structure & Written Expression (penguatan grammar dasar)

  • Sabtu: Vocabulary (30 kata akademik + review)

  • Minggu: Simulasi ringan TOEFL + refleksi minggu pertama

Minggu 2 – Pendalaman

  • Senin–Rabu: Listening (long conversations + lecture)

  • Kamis–Jumat: Reading Comprehension (strategi scanning & skimming)

  • Sabtu: Grammar quiz (self-assessment)

  • Minggu: Full-length practice test

Minggu 3 – Latihan Strategi

  • Senin–Jumat: Mix soal latihan (Listening + Structure + Reading)

  • Sabtu: Speaking & Writing ringan (jurnal harian + catatan reflektif)

  • Minggu: Simulasi + perbaikan dari hasil minggu sebelumnya

Minggu 4 – Final Touch

  • Senin–Jumat: Review soal salah + strategi cepat menjawab

  • Sabtu: Full simulation test

  • Minggu: Final preparation + afirmasi diri

Untuk belajar, aku mengandalkan beberapa sumber:

  • Channel TST Prep dan E2 TOEFL di YouTube untuk penjelasan konsep dan contoh soal

  • Buku Barron’s TOEFL ITP dan Official Guide from ETS

  • Kamus frasa akademik dan flashcard pribadi yang kubuat dari kosa kata sulit

Belajar TOEFL bukan cuma tentang skor. Ini tentang mengembalikan kepercayaan diriku sendiri. Di titik ini, aku sadar bahwa kadang kita tidak perlu menunggu waktu luang—karena waktu luang tidak akan datang. Kita justru harus menciptakan ruang, meski sempit, di tengah padatnya kehidupan.

Aku menargetkan ikut tes di minggu kelima. Entah hasilnya cukup atau tidak, yang pasti aku bergerak. Tidak lagi stagnan dalam kebingungan.

Aku pernah merasa kecil karena belum juga mendaftar S3, padahal impian itu sudah lama kusimpan. Tapi sekarang, aku memilih untuk tidak sekadar menyimpan. Aku mulai menyusun. Langkah demi langkah.

Dan hari ini, langkah itu bernama TOEFL.


Kalau kamu sedang ada di fase yang sama, sibuk tapi ingin tetap melangkah, mungkin kamu bisa mulai seperti aku: satu jam sehari, satu tujuan sederhana, satu perubahan kecil yang bisa membuatmu percaya bahwa kamu mampu.

0 komentar: