Kalau ditanya soal waktu, jawabanku akhir-akhir ini mungkin akan terdengar klise: nggak cukup. Tapi kalau ditanya soal mimpi, aku justru sedang menggenggamnya erat-erat—dan itu bukan metafora. Aku menuliskan semuanya: apa yang harus kulakukan, kapan tenggatnya, siapa saja yang terlibat, dan bagaimana caranya aku bisa tetap waras menjalani semuanya.
Mulai dari Juli hingga Desember 2025, hidupku seperti papan catur. Di satu sisi, aku punya tanggung jawab sebagai dosen yang mengampu semester antara dan modul pembuka tahun ajaran baru di September–Oktober. Di sisi lain, aku juga dokter klinik yang harus mengurus perpanjangan izin layanan serta rekredensialing BPJS yang biasanya menyita banyak dokumen, waktu, dan bolak-balik koordinasi.
Masih ada lagi: hibah penelitianku harus menyetorkan laporan kemajuan dan—ini bagian yang membuat jantung sedikit berdebar—submit artikel Scopus sebelum akhir September.
Lalu datanglah pendaftaran S3 di FK UI. Aku tahu ini bukan cuma tentang mengirim dokumen. Ini tentang membuktikan bahwa aku layak. Aku butuh TOEFL ITP dengan skor minimal 500, surat izin dari pimpinan, dan satu publikasi bereputasi sebagai syarat administratif. Di sela waktu yang sempit, aku sisipkan sesi belajar TOEFL mandiri, menulis draft proposal disertasi, dan—semoga—bersiap untuk kemungkinan wawancara.
Rasanya seperti lari maraton, tapi sambil membawa beban pikiran. Tapi anehnya, aku tidak gentar. Justru jadwal yang padat ini semakin memperjelas bahwa mimpiku layak diperjuangkan.
kalau divisualisasikan sebagai berikut timeline besarku
0 komentar: