Seri 1 – Kenalan Dulu Sama Skripsi: Musuh atau Sahabat?

 

Bayangkan kamu sedang duduk santai di kantin kampus, menyeruput es teh manis, tiba-tiba ada teman yang nyeletuk,

“Eh… semester depan udah skripsi, lho!”

Detik itu juga, dada langsung berdebar, pikiran campur aduk: takut, bingung, malas, plus sedikit panik.
Padahal, jujur aja, skripsi itu bukan monster yang datang buat menghancurkan hidupmu. Dia cuma proyek akhir—tugas terakhir yang membuktikan kamu sudah layak menyandang gelar sarjana.

Kenapa Banyak Mahasiswa Takut Sama Skripsi?

Salah satu alasannya: mitos yang diwariskan dari kakak tingkat.
Ada yang bilang “skripsi itu bikin rambut rontok”, “bikin lingkar mata segede bakso”, atau “skripsi itu ujian kesabaran hidup”.
Ya… mungkin memang menantang, tapi kalau kita lihat dari sudut yang tepat, skripsi justru bisa jadi ajang show off kemampuan kita.

Bayangin deh: kamu menghabiskan 3–4 tahun kuliah, mengumpulkan ilmu dan pengalaman, lalu di skripsi inilah semua itu dirangkai jadi satu karya ilmiah yang made by you.

Ubah Sudut Pandang: Skripsi = Sahabat

Kuncinya ada di mindset.
Kalau kamu anggap skripsi itu “musuh”, setiap kali buka laptop pasti rasanya berat.
Tapi kalau kamu anggap dia “sahabat”, kamu akan lebih santai menjalaninya.

Sahabat memang kadang bikin bete (revisi, deadline), tapi juga selalu memberi manfaat (pengetahuan baru, skill penelitian, pengalaman presentasi).

Tips Awal Biar Nggak Keder

  1. Cari alasan pribadimu kenapa harus menuntaskan skripsi. Misalnya: biar cepat lulus, biar orang tua bangga, atau biar bisa pakai toga di wisuda.

  2. Bagi proses jadi langkah kecil. Jangan lihat skripsi sebagai satu gunung besar—lihat dia sebagai tanjakan kecil yang diselesaikan tahap demi tahap.

  3. Siapkan mindset petualang. Anggap skripsi ini perjalanan, bukan hukuman. Nikmati prosesnya.

ukan akhir dunia, tapi justru gerbang menuju babak baru dalam hidupmu.
Jadi, sebelum mulai menulis, kenalanlah dulu. Pahami dia, atur strategi, dan yakini bahwa kamu bisa menaklukkannya.

Karena di ujung perjalanan nanti, akan ada momen kamu berdiri di depan dosen penguji, tersenyum, dan berkata dalam hati:

“Akhirnya… kita berhasil juga, Sahabat.”

0 komentar: