Beberapa waktu lalu, aku duduk di ruang tunggu klinik sambil menatap jam dinding. Bukan karena pasien belum datang, tapi karena pikiranku melayang pada satu pertanyaan: Apa sebenarnya yang sedang kita lakukan setiap hari ini? Apakah kita bekerja… atau kita berkarir?
Bekerja, bagiku, adalah ketika kita datang, melakukan tugas yang diminta, lalu pulang. Kita mendapatkan gaji atau honor, lalu menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tidak ada yang salah dengan itu—semua orang perlu bekerja. Tapi bekerja saja ibarat berjalan di tempat. Kaki kita melangkah, tapi pemandangan di sekitar tidak banyak berubah.
Berkarir, di sisi lain, adalah perjalanan panjang yang terarah. Setiap pekerjaan yang kita lakukan menjadi anak tangga menuju tujuan yang lebih besar. Kita memikirkan bagaimana mengasah keterampilan, membangun reputasi, dan membuka pintu peluang. Berkarir berarti kita sadar akan visi pribadi kita—entah itu menjadi tenaga medis yang diakui di bidangnya, dosen yang melahirkan generasi baru yang unggul, atau pemimpin yang membawa perubahan.
Aku belajar membedakan keduanya dari pengalaman sendiri. Saat awal menjadi dokter dan dosen, aku pikir yang penting adalah mengerjakan semua tugas dengan baik. Tapi seiring waktu, aku sadar kalau aku tidak mengaitkan pekerjaanku dengan tujuan jangka panjang, aku bisa saja kelelahan tanpa arah. Di titik itulah aku memutuskan: setiap pasien yang kutangani, setiap kelas yang kuajar, setiap riset yang kutulis, semua harus menjadi batu pijakan menuju versi terbaik diriku.
Aku ingin teman-teman di klinik juga melihat ini. Kita memang bekerja di tempat yang sama, melayani pasien yang datang silih berganti. Tapi kita juga punya pilihan untuk melihat pekerjaan ini sebagai bagian dari karier—bagian dari perjalanan membangun kompetensi, reputasi, dan kontribusi.
Mungkin artinya mengambil pelatihan tambahan, mungkin menulis artikel ilmiah, mungkin belajar keterampilan baru di luar rutinitas. Tidak harus besar dan langsung mengubah dunia. Yang penting, ada gerak maju. Karena berkarir itu bukan soal seberapa cepat kita sampai, tapi seberapa konsisten kita melangkah.
Hidup ini singkat. Kalau setiap hari kita sudah menghabiskan waktu untuk bekerja, kenapa tidak sekalian menjadikannya perjalanan yang membawa kita ke versi terbaik diri kita?
0 komentar: