Hari ke 16: Empat Pertanyaan dari Prof.

 


Aku masih ingat betul pertemuan itu. Deg-degan rasanya saat menyampaikan ke Prof.  bahwa aku ingin melanjutkan studi S3. Di kepalaku, aku membawa semangat, topik besar, dan gambaran arah penelitian. Tapi di tengah percakapan, beliau mengajukan empat pertanyaan sederhana—yang justru membuatku diam sejenak dan berpikir jauh lebih dalam:

What’s the problem?
Apa sebenarnya masalah yang ingin aku pecahkan? Bukan sekadar topik yang terdengar keren atau sesuai tren, tapi masalah yang nyata, bisa dirumuskan, dan punya urgensi untuk dipecahkan. Saat itu aku mencoba menjawab, tapi aku sadar jawabanku masih samar. Aku menyebut “lingkungan pembelajaran” dan “technology enhanced learning”, tapi belum memformulasikannya menjadi masalah yang jelas dan terukur. Rasanya seperti diingatkan bahwa langkah pertama penelitian bukan mengumpulkan data atau membuat instrumen—tapi merumuskan masalah secara tajam.

What do we know?
Beliau mengingatkanku bahwa sebelum melangkah lebih jauh, aku harus memetakan apa yang sudah diketahui di bidang ini. Apa kata literatur? Apa temuan penelitian sebelumnya? Apa rekomendasi yang sudah diusulkan? Pertanyaan ini membuatku sadar, banyak pengetahuan yang sebenarnya sudah tersedia, tapi belum tentu aku pahami atau kaitkan langsung dengan konteks tempatku bekerja. Aku harus membaca ulang, menyusun kembali peta pengetahuan, dan mengidentifikasi bagian mana yang relevan untuk kasus kita di Indonesia, khususnya pendidikan kedokteran.

What we do not know?
Di sinilah letak gap penelitian. Dari semua yang sudah diketahui, bagian mana yang masih kosong? Apa pertanyaan yang belum terjawab? Apa masalah yang belum tersentuh? Pertanyaan ini terdengar sederhana, tapi sulit dijawab tanpa benar-benar terjun membaca, membandingkan, dan menganalisis literatur secara kritis. Aku merasa seperti ditantang untuk tidak sekadar jadi pengumpul data, tapi menjadi penemu celah pengetahuan yang penting untuk diisi.

What we’re going to do in the study?
Akhirnya, beliau menutup dengan pertanyaan yang paling menuntut kejelasan: dari masalah yang jelas, pengetahuan yang ada, dan celah yang belum terisi, apa yang akan aku lakukan dalam penelitian ini? Metode apa? Populasi mana? Pendekatan apa yang paling tepat? Ini bukan sekadar soal teknis, tapi juga tentang apakah rencana penelitian ini realistis, bisa dilaksanakan, dan akan memberi kontribusi yang bermakna.

Pertemuan itu seperti tamparan halus. Aku datang dengan semangat, tapi pulang dengan daftar pekerjaan rumah yang panjang. Bukan berarti aku mundur—justru sebaliknya. Aku merasa diberi peta untuk memulai perjalanan ini dengan arah yang jelas.

Kini, setiap kali aku memikirkan topik disertasi, aku memulai dari empat pertanyaan itu. Karena jika aku bisa menjawabnya dengan yakin, berarti aku siap untuk benar-benar melangkah. Dan kalau aku bisa mengajukan empat pertanyaan ini pada diriku sendiri sejak awal, mungkin aku juga bisa mengajukan pertanyaan yang lebih baik pada dunia lewat penelitian S3 nanti.

0 komentar: