Seri Skripsi 5 – Manajemen Waktu: Skripsi Bukan Lomba Lari Sprint

 

Aku masih ingat betul, salah satu kesalahan terbesarku waktu awal ngerjain skripsi adalah merasa “masih banyak waktu.” Awalnya aku santai, main ke sana-sini, ngopi di kantin sambil bilang ke teman, “Nanti aja, toh deadline masih lama.”

Tapi waktu itu ternyata jalan lebih cepat dari yang kukira. Tiba-tiba sudah harus seminar proposal, bab 3 belum selesai, data belum terkumpul, dan aku baru sadar: panik adalah teman akrab mahasiswa skripsi yang menunda-nunda.

Skripsi Itu Maraton, Bukan Sprint

Sering kali kita terjebak dengan pola pikir “kerja keras mendekati deadline.” Padahal, skripsi itu mirip lari maraton. Kalau langsung digeber di awal atau malah santai banget lalu gaspol di akhir, hasilnya sama-sama buruk: capek, ngos-ngosan, bahkan bisa tumbang di tengah jalan.

Yang dibutuhkan adalah ritme. Langkah kecil tapi konsisten jauh lebih berarti daripada usaha besar yang hanya muncul menjelang akhir.

Belajar Membagi Waktu

Dulu aku pikir manajemen waktu itu ribet. Tapi ternyata sesederhana ini:

  1. Bikin timeline kasar. Misalnya, bulan pertama selesai Bab 1, bulan kedua Bab 2, dan seterusnya. Nggak usah muluk-muluk, cukup realistis sesuai kemampuanmu.

  2. Pecah target besar jadi target kecil. Contoh: jangan langsung menulis “Bab 1 selesai minggu ini.” Tapi pecah: hari ini tulis latar belakang 2 halaman, besok tambahkan kerangka masalah, dan seterusnya.

  3. Sediakan waktu istirahat. Jangan lupa, otakmu bukan mesin. Kadang jeda sejenak justru bikin ide lebih segar.

Refleksi Pribadi

Aku pernah mengalami fase begadang demi mengejar deadline revisi. Saat itu aku merasa “hebat” karena bisa menulis 10 halaman dalam semalam. Tapi setelahnya? Badan drop, pikiran kacau, dan hasil tulisan justru berantakan.

Dari situ aku belajar bahwa skripsi bukan tentang siapa yang paling cepat selesai, melainkan siapa yang bisa menjaga keseimbangan: antara nulis, istirahat, kuliah lain, bahkan kehidupan pribadi.

Skripsi itu memang penting, tapi hidupmu lebih penting lagi.

Kalau sekarang kamu merasa skripsi itu berat, coba lihat kembali cara kamu mengatur waktumu. Jangan menunggu sampai deadline menjerat leher baru panik setengah mati. Mulailah dengan langkah kecil, konsisten, dan nikmati prosesnya.

Karena pada akhirnya, skripsi bukan sekadar lomba lari sprint menuju garis finish. Ia adalah perjalanan maraton yang mengajarkan kita disiplin, sabar, dan tahu kapan harus berlari—dan kapan harus berhenti sejenak untuk bernapas.

Dan percayalah, ritme yang tepat akan membawamu sampai ke garis akhir dengan lebih tenang, tanpa harus ngos-ngosan di ujung jalan.

0 komentar: