Jujur saja, aku sering melihat skripsi diperlakukan hanya sebagai syarat kelulusan. Sesuatu yang harus cepat-cepat diselesaikan, sekadar formalitas. Padahal, kalau mau jujur, skripsi itu lebih dari sekadar lembaran laporan tebal dengan jilid biru.
Skripsi Sebagai Cermin Diri
Waktu pertama kali mulai mengerjakan skripsi, banyak mahasiswa bingung: harus mulai dari mana? Topiknya apa? Metodenya gimana? Dan biasanya, di situlah muncul drama—galau, bingung, sampai ingin menyerah.
Tapi di balik semua kebingungan itu, ada satu hal yang tak boleh dilupakan: skripsi sebenarnya adalah cermin.
-
Ia mencerminkan cara kita berpikir.
-
Ia menunjukkan sejauh mana kita bisa bertahan dengan proses panjang.
-
Ia menguji seberapa dalam kita bisa konsisten pada satu masalah.
Skripsi bukan soal pintar atau tidak, tapi soal mau atau tidak bertahan di prosesnya.
Antara Bimbingan dan Kesabaran
Ada fase yang paling sering bikin stres: bimbingan dosen. Kadang mahasiswa merasa sudah menulis panjang, tapi dosennya hanya memberi komentar singkat: “Ulangi lagi bagian ini.”
Rasanya sakit, ya. Apalagi kalau sudah lembur semalaman. Tapi dari situlah kita belajar: kesabaran akademik. Bahwa dunia ilmiah tidak mengenal instan. Bahwa kualitas itu lahir dari proses koreksi berulang. Dan bahwa kritik bukan untuk menjatuhkan, tapi untuk menajamkan.
Titik Balik
Percaya atau tidak, banyak mahasiswa yang justru menemukan “dirinya” saat skripsi. Ada yang jadi jatuh cinta pada penelitian. Ada yang menyadari passion-nya di bidang tertentu. Bahkan ada yang skripsinya berlanjut jadi publikasi ilmiah atau karier masa depan.
Skripsi bisa jadi titik balik. Tapi hanya kalau kita mau menjalaninya dengan hati terbuka, bukan sekadar beban yang ingin cepat-cepat dituntaskan.
Pesan untuk Kamu yang Lagi Skripsi
Kalau kamu sekarang sedang skripsi, mungkin rasanya melelahkan. Tapi percayalah, kamu tidak sendirian. Semua orang pernah melewati fase ini, dengan segala drama dan air matanya.
Ingat, skripsi bukan akhir, melainkan latihan awal untuk hal-hal yang lebih besar di hidupmu nanti. Jadi jangan hanya fokus ke hasil akhirnya, tapi nikmati juga prosesnya. Karena di situlah pembentukan dirimu yang sebenarnya sedang terjadi.
0 komentar: